Virus Corona Pukul Pasar Modal Indonesia

Virus Corona Pukul Pasar Modal Indonesia

MAGELANGEKSPRES.COM,BOGOR - Mulai dari perang dagang Amerika Serikata dan Cina hingga virus corona telah melemahkan pasar modal baik regional maupun global. Termasuk di Indonesia, yakni di awal tahun 2020 ini menunjukkan pelemahan. Berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 12 Februari turun 6,13 persen ke posisi 5.913,08 (year to date). Pelemahan ini tidak hanya dirasakan Indonesia saja. \"Secara regional semua turun mulai dari Taiwan, Thailand, Filipina, Malaysia, Hong Kong rata-rata menunjukkan kinerja penurunan,\" ujar Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Fakhri Hilmi, di Bogor, Jawa Barat, kemarin (15/2). Menurut dia, hanya Singapura, Jepang, Australia, Dow Jones dan Korea Selatan regional, yang naik tipis. Yakni, Jepang 0,74 persen, Singapura sebesar 1,51 persen dan Korea Selatan 0,69 persen. Laju industri pasar modal yang paling utama dipengaruhi oleh wabah virus corona yang merebak pada Januari 2020. Catatan dia, akibat virus corona menyebabkan semua sektor melemah. Yakni, mulai dari infrastruktur, pertambangan, pertanian, aneka industri dan lainnya. Hanya, sektor keuangan yang mengalami peningkatan. Pada tahun ini, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp1,21 triliun, melanjutkan net buy tahun 2019. Meski demikian untuk kinerja emiten, menurut dia, sebagian besar emiten (75,70 persen) masih membukukan laba. \"Hampir 50 persen di antaranya kinerjanya menurun (49,69 persen),\" kata dia. Dia mencontohkan, seluruh Emiten LQ-45 yang memberikan bobot 66 persen terhadap IHSG. Emiten membukukan laba namun sebagian besar masih menunjukkan penurunan kinerja dengan komposisi 55,56 persen. Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Pieter Abdullah mengatakan, virus corona bakal menimbulkan negatif terhadap ekonomi global, termasuk Indonesia. “Mewabahnya virus corona lebih banyak berdampak negatif daripada positif terhadap ekonomi global dan Indonesia. Bahkan, menurut saya tidak ada positifnya,” kata piter. Lebih jauh dia mengatakan, wabah virus corona memunculkan kekhawatiran yang besar dan mengakibatkan sentimen negatif di pelaku pasar keuangan, yang akan mengakibatkan pasar modal global memerah dan mengakibatkan Rupiah melemah. “Wabah virus corona memunculkan kekhawatiran yang besar dan mengakibatkan sentimen negatif di pelaku pasar keuangan. Kekhawatiran akan masa depan ekonomi global mendorong mereka untuk menempatkan dana mereka kepada bentuk investasi yang lebih aman. Akibatnya aliran modal ke negara-negara berkembang tertahan termasuk ke indonesia. Dampaknya pasar modal global memerah demikian juga dengan pasar modal indonesia langsung merosot dan rupiah melemah,” jelas dia. Dampak yang akan dirasakan langsung Indonesia, kata dia, pada sektor pariwisata, yang kemudian menjalar ke sektor transportasi khususnya udara. “Cina sebagai pusat epicentrum wabah virus corona adalah negara asal wisatawan asing utama kita selain Australia. Wabah corona akan menurunkan jumlah wisman asal Cina secara signifikan,” katanya. Apabila wabah corona terus berlangsung dan memburuk, dampak negatifnya ke sektor riil indonesia akan juga meningkat. Hal ini membuat permintaan global akan menurun dan menekan harga komoditas, Penurunan harga komoditas akan menyebabkan ekspor Indonesia akan semakin terpuruk, neraca dagang akan terus defisit, dan Rupiah akan kembali terdepresiasi. “Memburuknya harga komoditas juga akan menghantam daya beli masyarakat yang bergantung kepada produk komoditas. Konsumsi akan sulit tumbuh, pada akhirnya pertumbuhan ekonomi sulit membaik,” tukas dia. Kondisi perekonomian global akan membaik apabila dilakukan penanganan dengan cepat virus corona. Namun bila sulit ditemukan obat viris corona, maka dampak negatifnya akan semakin besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, neraca perdagangan Indonesia menunjukkan Cina masih berstatus sebagai mitra dagang nomor satu Indonesia dengan nilai perdagangan ekspor-impor nonmigas masing-masing senilai USD25,85 miliar dan USD44,58 miliar. Dari sisi ekspor, peringkat itu masih lebih tinggi dibandingkan mitra dagang lain seperti AS, Jepang, India, Singapura, Malaysia, Korsel, Thailand, Taiwan, Belanda, dan Jerman. Sebaliknya dari sisi impor, peringkat Cina membawahi Jepang, Thailand, Singapura, AS, Korsel, Malaysia, Australia, India, Taiwan, dan Jerman. Dengan dua angka ekspor-impor itu, maka terlihat juga bahwa Indonesia masih mengalami defisit perdagangan nonmigas senilai USD18,72 miliar. Itu artinya bahwa pemerintah dan publik dalam negeri masih sangat tergantung pada barang-barang dari negara asal virus corona tersebut. Naik-turunnya ekonomi Cina dan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia menunjukkan setiap terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi Cina 1 persen, akan dapat menambah beban terjadinya potensi penurunan 0,1 poin persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hitungan ini dari hasil riset sebuah perusahaan sekuritas domestik pada bulan Februari ini. Melansir data John Hopkins CSSE, Minggu (16/2), virus corona telah menginfeksi 69.256 orang di dunia. Kasus paling banyak dilaporkan di Cina yang mencapai 68.500 kasus. Jumlah korban meninggal sampai hari ini mencapai 1.669 orang. Sebanyak 1.665 orang berasal dari Cina. Sedangkan empat kasus kematian lain dilaporkan di Hong Kong, Filipina, Prancis, dan Jepang masing-masing satu kasus.(din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: