Warga Pinggirejo Sulap Lahan Albasia Jadi Wisata Edukasi

Warga Pinggirejo Sulap Lahan Albasia Jadi Wisata Edukasi

Tak Berhenti Berinovasi dan Berkreasi MAGELANGEKSPRES.COM - TAK cepat puas, mungkin hal itu yang dirasakan masyarakat Kampung Pinggirejo, Kelurahan Wates, Magelang Utara. Walaupun berkali-kali meraih prestasi tapi selalu mencoba lagi dalam hal berinovasi. Setelah sukses menyulap sampah jadi rupiah dan mempraktikkan pungutan sampah sebagai biaya administrasi kependudukan warga, kini masyarakat setempat mencoba menciptakan wisata edukasi baru. Menyusuri Kampung Pinggirejo, Wates orang akan disuguhi suasana tematis yang beraneka ragam. Misalnya saja kampung organik dan gravity trotoar maupun pagar kampung. Ada minatur jalan, taman edukasi, rambu-rambu, mural artistik, dan terakhir adalah wisata edukasi tentang pertanian dan peternakan. ”Kami ingin membuat Kampung Pinggirejo ke depan bisa menjadi wahana kampung wisata edukasi bagi masyarakat. Kami menginginkan Kampung Pinggirejo menjadi pelopor adanya wisata baru ini,” kata Penasihat Kelompok Tani Makmur Asri Pringgirejo, RW 07 Kelurahan Wates, Magelang Utara, Berdiyanto saat ditemui Minggu (10/2). Selain kampung organik dan mural, ada pula kawasan hidroponik dan edukasi pertanian terpadu. Gagasan menciptakan kawasan pertanian terpadu ini muncul karena terbatasnya lahan pertanian produktif di Kampung Pinggirejo. ”Saat ini sifatnya baru dirintis. Ke depan kami harapkan semakin berkembang dan kawasan wisata pertanian terpadu Kampung Pinggirejo benar-benar menjadi kenyataan. Tentu kami mengharapkan kerja sama seluruh warga sini untuk merealisasikannya,” imbuh Berdiyanto. Ia menjelaskan bahwa rintisan objek wisata pertanian terpadu ini dimulai pada November 2018 lalu. Memanfaatkan lahan milik Pemkot Magelang seluas 1.800 meter persegi dan nyaris tak dapat digunakan karena berada di daerah kemiringan 60 derajat justru melahirkan ide kreatif. Lahan yang awalnya hanya ditumbuhi pohon albasia dan rumput liar itu pun ditanami dengan tanaman bunga dan sayuran dengan wujud terasering. ”Sebagian kita manfaatkan untuk tanaman-tanaman. Sebagian lagi kita jadikan area peternakan dan perikanan,” jelasnya. Wisata edukasi pertanian terpadu ini diciptakan karena dalam satu lahan terdapat konsep pertanian terpadu. Beragam potensi pun dibuat di area tersebut antara lain tanaman bunga matahari, ada juga asoka, dan tanaman lainnya. Sementara itu, Ketua RW 07 Kelurahan Wates, Sukaryadi menambahkan, untuk peternakan berupa hewan kelinci, ayam, dan kambing. Sedangkan perikanan berupa lele dan nila. ”Bibit ikan lele dan nila yang kita pelihara sekarang ada sekitar 16 ribu ekor, kelinci 6 ekor, ayam kampung 240 ekor, kambing belum. Seluruhnya dibantu dari Dinas Pertanian dan Pangan,” sebutnya. Melalui wisata edukasi pertanian terpadu ini diharapkan bisa turut mengedukasi para pengunjung akan dunia pertanian, peternakan, dan perikanan. Menurutnya, wisata ini dirintis tak hanya sebagai eksistensi para pengunjung, karena mereka juga bisa belajar budidaya tanaman, sayuran, peternakan, dan perikanan mulai dari awal. ”Kebetulan di sini kan banyak pengunjung yang sering kunjungan kerja untuk penguatan sampah organik. Jadi kita memanfaatkan unsur keramaian serta edukasi pertanian,” ungkapnya. Ke depan, wisata ini akan dikelola Kelompok Tani Makmur Asri bersama dengan warga Pinggirejo untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Wisata ini ditargetkan siap untuk dikunjungi kalangan umum pada semester kedua 2019. ”Kami harap usaha mandiri kami ini mendapat dukungan dari Pemkot Magelang. Karena terus terang kami masih mengalami kendala soal kesiapan, terutama suplai air dan akses jalan menuju lokasi wisata,” ucapnya. (adv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: