Curah Hujan Tinggi, Tanaman Padi dan Sayuran di Temanggung Rusak
PANEN. Zaenudin salah satu petani tomat di Desa/Kecamatan Tembarak sedang memanen tomat di lahan pertaniannya, Jumat (7/10). (Foto:setyo wuwuh/temanggung ekspres)--Magelangekspres.com
TEMBARAK, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID – Tingginya curah hujan yang terjadi selama dua bulan terakhir ini, ternyata tidak hanya berdampak pada rusaknya tanaman tembakau saja, tapi juga pada tanaman sayuran dan padi yang mengalami penurunan produksi.
Zaenudin (42) salah satu petani tomat di Desa/Kecamatan Tembarak menuturkan, sejak tanam hingga memasuki panen raya, tanaman tomat miliknya selalu diguyur hujan. Akibatnya tubuh bercak pada daun tomat.
Apalagi katanya, jika hujan turun pada malam hari, penyakit bercak pada daun ini akan semakin mewabah.
Bercak pada daun ini sangat sulit untuk dikendalikan, sehingga tanaman tomat tidakakan bertahan hingga akhir musim panen raya.
“Hujan terlalu banyak sangat berpengaruh pada tanaman, otomatis jika pertumbuhan tanaman tidak baik maka akan berakibat pada penurunan produksi,” ujarnya, Senin (10/10).
Menurutnya, dari 1.800 tanaman tomat miliknya, biasanya bisa menghasilkan 4 hingga lima ton tomat merah dengan tujuh kali petik. Namun saat ini sudah lima kali petik baru menghasilkan 1.8 ton saja. Padahal saat ini harga tomat merah sedang turun harga, dari Rp2.000 menjadi Rp500 per kilogram
“Tinggal tiga kali petik saja, musimnya tidak bagus, jadi hasil panennya tidak sepertai tahun kemarin. Modal tanam sekitar tiga juta sampai empat juta, modal itu belum termasuk sewa tanah,” keluhnya.
Tidak hanya tomat miliknya saja yang mengalami penurunan produksi, tanaman tembakau miliknya juga bernasib sama, bahkan hingga saat ini sudah lebih dari 40 persen tanaman tembakau yang rusak.
“Saya juga menanam tembakau, karena curah hujan tinggi. Tembakau saya juga ikut rusak, semoga saja cuaca membaik, sehingga sisa tanaman tembakau yang ada bisa dipanen,” harapnya.
Selain tanaman tomat dan tembakau milik Zaenudin, tanaman padi milik Waldiono (39) petani setempat juga mengalami penurunan produksi antara 10 hingga 15 persen. Misalnya pada musim tanam sebelumnya bisa menghasilkan 7 hingga 8 ton gabah kering panen, saat ini hanya menghasilkan 6 sampai 7 ton GKP saja.
“Kualitas gabahnya juga ikut menurun, barang yang tidak berisi,” terangnya.
Menurutnya, cuaca ekstrem yang terjadi sepanjang tahun 2022 ini tidak hanya berdampak buruk pada tanaman tembakau saja, tapi juga berdampak buruk pada jenis tanaman lainnya.
“Semua petani terkena imbas dari cuaca buruk yang terjadi selama ini, semoga saja cuaca ini berakhir sehingga petani masih mempunyai harapan,” tutupnya. (set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelangekspres.com