"Waduh medeni tenan. Nandi iki?" Gibran Komentari Jembatan Gantung Ngembik Magelang
KOMENTAR. Walikota Solo Gibran Rakabuming mengomentari video unggahan twitter yang memperlihatkan warga Rejosari Bandongan menggunakan jembatan gantung menuju Kota Magelang. Foto: IST/magelang ekspres--
KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Walikota Solo, Gibran Rakabuming turut berkomentar soal jembatan gantung Ngembik-Rejosari Bandongan. Jembatan yang terbuat dari kawat dan bambu itu dianggap Gibran sebagai akses jalan yang menakutkan.
Gibran mengomentari video berdurasi 45 detik yang diunggah @progorejosari. “Seumpomo jembatan gantung @progorejosari iki melu wilayahe sampean, mesti wis tak demo (Seandainya jembatan gantung ini ikut wilayah Anda pasti sudah saya demo),” cuit akun @progorejosari.
Gibran pun menimpali lewat kolom komentarnya yang menganggap bahwa jembatan akses warga Kabupaten Magelang menuju Kota Magelang itu menakutkan.
“Waduh medeni tenan. Nandi iki? (Waduh nenakutkan sekali. Di mana ini),” timpal Gibran.
Jembatan yang sudah berusia belasan tahun itu memang menjadi akses satu-satunya warga Desa Rejosari Bandongan yang beraktivitas di Kota Magelang. Tidak hanya para pekerja, jembatan itu juga jadi akses satu-satunya pelajar asal Rejosari dan sekitarnya yang mengenyam pendidikan di Kota Magelang.
Bagi orang yang baru pertama melewati jembatan itu, mungkin akan membuat bulu kuduk merinding. Bukan karena horornya kawasan tersebut, tetapi karena jembatan ini didesain hanya untuk pejalan kaki, sehingga jika dilewati kendaraan roda dua maka kesan “goyangan” akan sangat terasa.
Dilihat dari konstruksinya, jembatan gantung Ngembik memang sebenarnya sudah tidak laik. Sebab, jembatan di atas Kali Progo tersebut memang sudah usang dan mengalami penyusutan fungsi. Hal ini disebabkan usia dari jembatan yang kini sudah 34 tahun sejak dibangun pada tahun 1988.
Berdasarkan informasi, hampir 400 orang menyeberang jembatan ini setiap hari, baik pejalan kaki maupun pengendara kendaraan roda dua. Sedangkan kapasitas jembatan hanya mampu mengangkut beban kurang dari 20 orang, dan 8 kendaraan roda dua.
Di sisi lain, Pemkot Magelang sedari lama sudah mengusulkan pembangunan jembatan gantung itu. Sayangnya, usulan tersebut seringkali gagal mendapat lampu hijau.
Rencana pembangunan jembatan gantung Ngembik, Kramat Selatan, Magelang Utara yang pernah menggemparkan warga, ketika terputus pada tahun 2011 silam itu pun kerapkali mentok.
Barulah pada tahun ini, pembangunan jembatan gantung sepanjang 100 meter, dan lebar 1,5 meter itu mulai ada kejelasan.
Menurut rencana, biaya konstruksi jembatan akan ditangani pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sedangkan biaya pembebasan lahan pelebaran jalan menjadi urusan pemerintah daerah masing-masing, meliputi Pemkab dan Pemkot Magelang.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Magelang, Muhamad Syafrudin Kurniawan belum lama ini mengatakan, proses pembebasan lahan sudah dilakukan oleh instansi Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Disperkim) Kota Magelang pada tahun 2021 lalu menelan anggaran sebesar Rp15 miliar.
”Jadi yang dibangun pemerintah pusat itu tidak hanya fisik jembatannya, tetapi juga akses menuju jembatan itu. Termasuk biaya pengerasan jalan, pengaspalan, dan lain sebagainya. Sedangkan peran Pemkab dan Pemkot Magelang hanya menyediakan lahan untuk pelebaran jalan saja,” kata Kurniawan. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: