Kesadaran Keluarga Menjadi Kunci Utama Turunkan Stunting

Kesadaran Keluarga Menjadi Kunci Utama Turunkan Stunting

MITRA. BKKBN gelar Promosi dan KIE program percepatan penurunan stunting bersama mitra kerja di pendopo kabupaten wonosobo.(foto : Agus Supriyadi/Wonosobo ekspres)--Magelangekspres.com

WONOSOBO,MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID- Stunting atau gagal tumbuh, tidak sepenuhnya disebabkan karena masalah kemiskinan. Sebab, di lingkungan masyarakat  sejatinya kaya dengan sumber nutrisi alam yang menyediakan makanan bergizi. Kesadaran keluarga menjadi kunci utama penanganan stunting.

“Stunting ini justru banyak menimpa kalangan kaya, karena ini soal pemahaman gizi keluarga. Banyak warga miskin tidak alami stunting, tapi anak dari warga yang kaya banyak mengalami stunting,” ungkap Anggota Komisi IX DPR RI Edi Wuryanto, saat gelar Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja di Pendopo Kabupaten Wonosobo, belakangan ini.

Menurutnya, angka nasional untuk stunting masih 24 persen, itu mengkhawatirkan. Padahal Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Mereka yang lahir saat ini akan dewasa di tahun 2045.

“Sehingga ini jadi target nasional, karena itu pemerintah pusat mengambil itu sebagai program strategis nasional,” katanya.

Dijelaskan, untuk kasus stunting di Provinsi Jawa Tengah sudah mencapai 20 persen, namun Wonosobo, 14,6 persen. Hal itu sudah cukup baik, meski harus terus ditekan. Intervensi pemerintah saat ini mengarah pada ini persoalan masa genting ketika hamil dan 1.000 hari kehidupan pertama.

“Jangan sampai kurang gizi, maka sekarang target intervensi spesifik pada ibu hamil dan bayi 1.000 hari. Kemenag juga akan membantu program ini melalui calon pengantin. Melakukan pemeriksaan terlebih dahulu, sebelum menikah, tes lingkar lengan atas, kepala dan juga hb, ini bentuk dari intervensi itu,” katanya.

Diakui oleh Edi, bahwa tantangan terbesar pemerintah adalah meningkatkan sehingga perlu menggerakan semua sektor dalam pemberdayaan masyarakat, semua kalangan. Sebab, stunting berhubungan dengan banyak hal, tidak hanya kemiskinan.

“Saya melihat kemiskinan bukan faktor utama. Sumber nutrisi di lingkungan kita kaya, gemah ripah loh jinawi. Dulu kecil makan apa saja bergizi, sumber nutrisi. Kuncinya adalah keluarga mengenai stunting dan memahami bahwa jika gizinya protein lemak karbohidrat nya seimbang, sudah cukup,” ucapnya.

Sementara itu, Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat mengemukakan penurunan angka stunting di Kabupaten Wonosobo berjalan sesuai harapan. Pada Februari 2022 angka stunting Wonosobo berada di kisaran 19,23 persen. Sedangkan di bulan Agustus 2022 turun menjadi 14,7 persen. Hasil penurunan tersebut tak terlepas dari kerja keras bersama antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, Tim Penggerak PKK, dan unsur masyarakat berbasis pada kolaborasi, sinergitas, dan koordinasi yang jelas.

“Sinergitas dan gotong royong antar semua elemen baik unsur BUMN, BUMD, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci dalam upaya penurunan angka stunting di Wonosobo. Untuk itu, pada 2023 Pemkab Wonosobo akan menyusun strategi yang lebih komprehensif dalam menangani masalah stunting di samping kemiskinan dan kesehatan khususnya ODF,” terangnya.

Selain itu, Afif menambahkan, pola pendekatan Bantuan Langsung Tunai (BLT) nilainya kurang tepat dalam mengurangi angka kemiskinan di Wonosobo. Pada tahun 2023, Pemkab akan mencoba mengubah pendekatan dari sosial menjadi pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pelatihan yang produktif bagi masyarakat.

Sedangkan Deputi Bidang Adpin BKKBN Sukaryo Teguh Santoso, mengemukakan upaya menurunkan angka stunting dapat dimulai dari dari kehidupan rumah tangga yang sehat, stunting diintervensi dimulai dari hulu, calon pengantin, disiapkan oleh pendamping keluarga, dan memantau ibu hamil, bahkan Jateng sudah punya program memantau ibu hamil.

“Jawa Tengah sudah bagus, tinggal mendorong percepatan di semua tingkatkan, termasuk di Kabupaten Wonosobo,” pungkasnya. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com