Mapan Mime, Komunitas Seni Kritik Tanpa Dialog di Magelang
Mapan Mime, Komunitas Seni Kritik Tanpa Dialog di Magelang- Foto : dok mapan mime/ magelang ekspres.-MAGELANG EKSPRES
BACA JUGA:Isu Tenaga Harian Lepas di Kota Magelang Bakal Dipecat, Budi Prayitno : Jangan Sampai Terulang Lagi
Selain sebagai seni pertunjukkan untuk hiburan, Imran menambahkan, pantomim juga merupakan sebuah seni kritik sosial tanpa dialog.
Dalam setiap pertunjukkannya, Imran bersama teman-teman seringkali mengangkat berbagai isu sosial yang sedang terjadi. Diantaranya yakni isu lingkungan penebangan pohon, krisis air, isu borobudur milik Yogyakarta, dan juga aturan larangan bermain gelembung dan kitiran di alun-alun di Kota Magelang beberapa waktu silam.
"Waktu itu juga pernah, saat pertama kali lampu taman alun-alun yang kabelnya masih berantakan, saya tiduran disitu dan muka saya tutup pakai kain merah. Saya foto lalu unggah di sosial media dengan menandai dinas terkait. Alhamdulilah beberapa hari kemudian diperbaiki," katanya.
Dari sekian banyak penampilannya, tak jarang pula Imran harus mendapatkan berbagai respon negatif yang diterimanya.
BACA JUGA:Wedang Kacang Terdekat di Magelang, Hanya Beberapa Meter dari Alun-alun
"Kontra sering. Dari masyarakat bagus, tapi ada beberapa yang agak takut-takut dikiranya ngamen. Waktu itu kita juga sempat dihampiri dan ditegur aparat karena juga dikira ngamen," tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, ia juga menceritakan tentang pengalamannya yang sempat mendapat respon kurang baik dari pemerintahan saat itu.
Hal itu menurutnya wajar karena di masa itu, memang dirinya kerap kali menyampaikan kritik terkait pembangunan infrastruktur kota yang dinilai kurang sesuai.
"Acara jalan santai. Waktu itu saya main pantomim klasik dan kritik acaranya itu juga, ternyata berbarengan pada saat pidato. Selesai itu, beliau lewat dan saya julurkan tangan untuk bersalaman, tapi beliau memalingkan muka dan setelah itu saya digeser," ungkapnya.
BACA JUGA:Parkir Sembarangan, Salah Satu Penyebab Kemacetan di Kota Magelang
Meski begitu, semangat Imran untuk terus menghidupkan komunitas mapan mime di Kota Magelang tidak pernah surut. Ia bersama rekan-rekan lainnya berharap komunitas tersebut dapat terus bertahan sehingga dapat terus memfasilitasi dan mendampingi peminat pantomim terutama di kalangan anak-anak.
"Sebelumnya kita mengucapkan terima kasih pada pemerintah melalui dinas setempat telah dipinjami tempat ini (Lokabudaya) untuk latihan. Kita berharap supaya pemerintah kedepannya lebih memperhatikan kita dari teman-teman pantomim. Jangan hanya nari dan nyanyi, agar pantomim di Kota Magelang juga bisa terus berkembang seperti di kota lainnya," pungkasnya. (mg3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres