Kisah Sales Kartu Smartfren yang Dicantumkan dalam Prakata Skripsi Mahasiswi Undip

Lantas ia kembali mengambil kuliah online itu, dan berkata kepada dosennya ia sempat kehilangan sinyal.

BACA JUGA:CEO Smartfren Layani Pelanggan Hari Pelanggan Nasional di Galeri

Beruntung dosennya memaklumi. Akhirnya kuliah online tersebut berjalan hingga dua jam. Hingga pukul 22.00 pertengahan Maret tahun 2022 lalu ia sukses menerima evaluasi terakhirnya.

Kini Setya Putri sudah menjalani pekerjaannya sebagai wartawan di sebuah media massa. Ia tersadar bahwa malam itu begitu berharga baginya.

Dari Rp30 ribu yang menyelematkan masa depannya. Andai saja dia tak memiliki kartu perdana Smartfren mungkin ia harus menunda kelulusannya lebih lama.

Sudah setahun enam bulan sejak malam itu, dan Setya Putri sudah mengganti handphonenya dua kali.

Namun, nomor 13 digit di handphone miliknya tak pernah ia ganti lagi. Pertimbangan lain, dia merasa sudah cukup menggunakan nomor Smartfrennya daripada harus mengeluarkan dana lebih banyak demi membayar dua nomor kuota sekaligus.

BACA JUGA:Smartfren Bekerja Sama dengan Satlantas Polresta Yogyakarta Sebar Pembatas Jalan untuk Keselamatan Pengendara

Hal inilah yang memantapkan dia mempertahankan 13 digitnya sebagai nomor utamanya.

Kesan keberuntungan dan pertolongan itu membuatnya amat yakin jika Smartfren memang teman yang cerdas.

Teman yang bisa diandalkan di saat dirinya tidak mampu menghubungi temannya satupun.

Smartfren bagi Setya Putri bukan sekadar teman biasa, melainkan penolong cerdas di saat dirinya tak bisa apa-apa tanpa sinyal.

“Dan sekarang saya sudah lulus. Momen malam itu benar-benar nggak bisa saya lupakan. Terima kasih juga kepada Mbak Tya, yang jadi sales Smarfren saat itu. Izin ya, nama Mbak, saya taruh di halaman prakata skripsi saya,” kata Setya Putri. (wid)

Sumber: magelang ekspres