Kisah Pilu Tragedi Palagan Magelang Sejarah yang Terlupakan Perjuangan Rakyat Magelang

Kisah Pilu Tragedi Palagan Magelang Sejarah yang Terlupakan Perjuangan Rakyat Magelang

Rumah yang berada di Kampung Tulung ini adalah markas Tentara Keamanan Rakyat sebelum pecahnya Palagan Magelang-DOKUMEN-MAGELANG EKSPRES

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES -- Tidak hanya terkenal karena keindahan alamnya yang luar biasa, Kota Magelang Jawa Tengah juga memiliki kisah-kisah sejarah panjang.

Mulai dari zaman kerajaan hingga perang kemerdekaan, kisah sejarah itu tersusun rapi dan dijaga betul para relawan bernama Komunitas Kota Toea Magelang.

Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang, Bagus Priyana adalah ahli sejarah Magelang yang memang sudah ia tekuni selama belasan tahun terakhir.

Dengan runtut dan runut, Bagus Priyana mengisahkan, tentang tragedi yang kini hampir terlupakan. Ia bercerita bahwa heroiknya warga Magelang ketika perang Palagan Ambarawa pecah.

BACA JUGA:Menandai Hari Pahlawan, Sejarah Palagan Magelang yang Hampir Terlupakan

Sebenarnya, perang terbuka itu dimulai dari Magelang. Hanya saja, tidak banyak yang menceritakan kisah tersebut dan hanya tertuang dalam buku-buku sejarah dan mulai memudar.

Menurut Bagus, tragedi Palagan Magelang masih jarang diketahui oleh masyarakat. Peristiwa itu terjadi pada 31 Oktober hingga 2 November 1945.

"Memang dibanding dengan Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api, 10 November di Surabaya, agaknya Palagan Magelang kurang dikenal. Tapi nilai sejarahnya justru sebenarnya lebih tinggi, karena dari sini, kemudian muncul tragedi di Ambarawa dan tempat-tempat lainnya," kata Bagus Priyana.

BACA JUGA:Tragedi Kelam di Magelang, Kecelakaan Bus Sumber Waras Tewaskan 35 Penumpang

Padahal, Palagan Magelang ini menjadi salah satu peristiwa penting pascaproklamasi yang terlupakan sejarah. 

Sebab, titik awal pertempuan bermula dari tuntutan pemuda yang ingin menjadikan wilayah Kedu masuk ke bagian RI adalah asal muasal dari pertempuran selanjutnya.

“Para pemuda kemudian melakukan gerakan dengan menempelkan plakat merah putih di sepanjang jalan dan gedung tanda kemerdekaan,” tutur Bagus.

Dampak dari gerakan yang dilakukan oleh perkumpulan pejuang tersebut pada tanggal 23 September 1945 adalah terjadinya penyobekan salah satu plakat oleh tentara Jepang.

"Para pemuda menyatakan sikap tidak menerima dan menuntut keadilan. Hal ini menjadi pergolakan massa," tegas Bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres