Waspada! Kasus DBD di Wonosobo Diprediksi Naik Saat Musim Hujan

Waspada! Kasus DBD di Wonosobo Diprediksi Naik Saat Musim Hujan

WAWANCARA. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Wonosobo, Heriyono saat ditemui wawancara. -Mohammad Mukarom magelangekspres-MAGELANG EKSPRES

WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES - Waspadai kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat saat musim hujan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Wonosobo beri imbauan agar masyarakat segera lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Wonosobo, Heriyono mengatakan, kasus DBD angkanya labil, namun cenderung naik di beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA:Perhatian! Seluruh Jalur Pendakian Gunung Prau Tutup Sampai Idul Fitri

Berdasarkan data Dinkes, sejak tahun 2021 ada sebanyak 12 kasus DBD, lalu meningkat di tahun 2022 yang ditemukan sebanyak 95 kasus, dan turun di tahun 2023 yang didapati sebanyak 49 kasus DBD.

"Angkanya naik turun, tapi cenderung naik tinggi ketika di tahun 2022. Di tahun 2023 turun 50 persen. Masyarakat perlu antisipasi dengan PSN segera," ungkap Heriyono kepada Wonosobo Ekspres, Sabtu (20/1).

Ia menjelaskan, populasi jenis nyamuk Aedes Aegypti dapat membawa virus dengue penyebab penyakit DBD cenderung akan meningkat di musim hujan. Hal itu karena telur nyamuk akan menetas saat habitat perkembangbiakannya mulai tergenang air hujan.

"Tahun 2024 ini masih belum ada laporan berapa kasus. Tapi kalau melihat situasinya, kadang hujan dan kadang panas seperti ini berpotensi meningkat populasi nyamuk DBD," ujarnya.

BACA JUGA:Diterjang Badai, Sejumlah Pendaki Gunung Prau Diungsikan ke Shelter Emergency

Menurutnya, kasus DBD di Kabupaten Wonosobo angkanya relatif rendah karena berada di kawasan pegunungan. Namun begitu, terdapat sejumlah wilayah yang dianggap cukup rawan sebaran nyamuk tersebut, di antaranya Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kalikajar, dan Kecamatan Kepil.

Meski jumlah DBD tak setinggi di daerah lain yang notabene berada di kawasan dataran rendah, akan tetapi Heriyono menilai virus tersebut mustinya tetap perlu diwaspadai. Pasalnya, DBD sempat memakan dua korban jiwa pada tahun 2022 lalu.

Dengan ini Heriyono mengimbau masyarakat untuk sadar terhadap gejala-gejala penyakit DBD agar dapat langsung ditangani secara medis.

Ia tak menganjurkan bagi masyarakat untuk melakukan pengobatan mandiri dan lebih baik langsung konsultasi ke dokter.

"Biasanya panas demam tinggi bisa sampai 40 derajat celsius. Kalau DBD muncul bercak atau bintik-bintik merah. Jika terjadi keterlambatan penanganan bisa sampai pendarahan berat akibat pembuluh darah pecah dan bisa menyebabkan kematian," jelasnya.

BACA JUGA:Terdampak Longsor, 7 Desa di Kecamatan Kejajar Wonosobo Padam Listrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres