Usai Diwisuda, 143 Siswa Purna Wiyata Diharapkan Terapkan Tiga Semboyan Jawa

Usai Diwisuda, 143 Siswa Purna Wiyata Diharapkan Terapkan Tiga Semboyan Jawa

WISUDA. Prosesi wisuda peserta kursus bersama Permadani Wonosobo di Gedung Sasana Adipura Kencana, Minggu (21/1).-ISTIMEWA-MAGELANG EKSPRES

WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES - Sebanyak 143 peserta yang dikukuhkan sebagai wisudawan purna wiyata program "Pawiyatan Panatacara dan Pamedhar Sabda" ke-20 oleh Permadani Wonosobo.

Siswa tersebut diharapkan dapat menerapkan tiga semboyan jawa sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.

Kepala Pawiyatan Panatacara dan Pamedhar Sabda, A Mukholis mengatakan, tiga semboyan berbahasa jawa tersebut terhimpun dalam istilah “Tri Niti Yogya” atau yang berarti tiga perilaku baik.

BACA JUGA:Di Hadapan Gen-Z, Presiden Joko Widodo Singgung Pemilu

"Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dan saya berharap kepada wisudawan bisa menerapkannya," ucap A Mukholis saat diwawancara seusai hadiri prosesi wisuda di Gedung Sasana Adipura Kencana Kabupaten Wonosobo, Minggu (21/1) lusa.

Mukholis menerangkan, tiga semboyan tersebut yakni "memayu hayuning sasama", yang bermakna bahwa siswa harus selalu berbuat baik terhadap sesama. Lalu "juru ladosing bebrayan ingkang sae", atau yang artinya bahwa siswa juga harus menjadi pelayan masyarakat yang baik.

"Ada lagi yang terakhir yaitu 'sadhengah pakaryan sageda tansah ngremenaken tiyang sanes'. Di semboyan ini memesankan agar setiap perbuatan selalu diusahakan untuk menyenangkan orang lain," jelasnya.

BACA JUGA:Menuju Indonesia Emas 2045, Presiden RI Pimpin Apel Bersama Puluhan Ribu Santri

Sebelumnya, ratusan siswa tersebut telah mengikuti kursus yang digelar oleh Permadani selama enam bulan, sejak Juni - Desember 2023 lalu. Kursus dilakukan di dua tempat, yakni di Kantor Arpusda Wonosobo dan Kampus PKBM Prospek Gondang Watumalang.

"Kursus diawali dengan purwa wiyata, pawiyatan panatacara dan pamedhar sabda, wisata budaya, gladen paragan siswa, paragan dwija, pandadaran (ujian tertulis dan praktek) dan dipungkasi wisuda purna wiyata seperti kali ini," papar Mukholis.

Kelas pawiyatan itu menggunakan dua metode pembelajaran, 35 persen teori dan 65 persennya praktek. Pembelajarannya menerapkan model klasikal, saresehan, dan praktek.

"Nilai akhir yang tertulis dalam ijazah berupa nilai ujian tertulis, praktek, dan kehadiran pawiyatan," tandasnya.

BACA JUGA:Waspada! Kasus DBD di Wonosobo Diprediksi Naik Saat Musim Hujan

Ketua DPD Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) Wonosobo, F Suharyono mengatakan, organisasi kemasyarakatan non partisan dan non komersil tersebut selalu mengedepankan rasa persaudaraan dan berupaya mempertahankan budaya asli bangsa Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres