Meneladani Perjalanan Hidup Imam Syafi'i yang Menghatamkan Al Qur'an 60 Kali di Bulan Ramadhan

Meneladani Perjalanan Hidup Imam Syafi'i yang Menghatamkan Al Qur'an 60 Kali di Bulan Ramadhan

Meneladani Perjalanan Hidup Imam Syafi'i yang Menghatamkan Al Qur'an 60 Kali di Bulan Ramadhan--

MAGELANG EKSPRES-Imam asy-Syafi'i merupakan salah seorang ulama besar yang sangat masyhur, terutama di Indonesia. Nama besarnya sudah tak asing lagi bagi umat Muslim di Tanah Air.

Sebab, sebagian besar umat Muslim di Indonesia adalah pengikut Mazhab Syafi'i.

Manaqib atau kisah perjalanan hidup Imam asy-Syafi’i terlalu banyak untuk diceritakan.

Penulis mencoba menukil sebagian kecil dari kecerdasan Imam Syafi'i dalam menghafal Al Qur'an.

BACA JUGA:Jangan Biarkan Rumahmu Seperti Kuburan, Hiasi Rumahmu dengan Membaca Al Qur'an

Serta kebiasaan beliau menghatamkan Al Qur'an setiap hari dan khusus bulan Ramadhan beliau mampu menghatamkan Al Qur'an 2 kali dalam sehari atau 60 kali selama bulan Ramadhan.

Ar-Rabi menceritakan bahwa Imam Syafi’i setiap hari satu kali mengkhatamkan Al-Quran. Bahkan, di bulan Ramadhan, beliau mengkhatamkannya hingga 60 kali di luar bacaan Al-Quran pada saat shalat.

Suaranya sangat merdu. Tak heran, kalau banyak orang yang mendengarkan suara beliau sampai menangis.

Demikian pula  dalam ibadah malamnya. Setiap malam, Imam Syafi’i selalu bangun di sepertiganya. Bahkan, di akhir-akhir hayatnya, ia selalu menghidupkannya  malam dengan qiyamul lail dan membaca Al Qur'an.

Husain al-Karabisi pernah menceritakan pengalamannya ketika menginap di rumah Imam Syafi'i. Disebutkan, Imam Syafi’i  selalu bangun di sepertiga malam. Belaiu tidak kurang membaca 50 ayat  hingga 100 ayat.

BACA JUGA:Disunnahkan Memperbagus Bacaan Al Qur'an tapi Dilarang Seperti Menyanyikan Lagu

Tidaklah melewati ayat tentang rahmat kecuali memohon kepada Allah. Dan tidaklah melewati ayat tentang azab kecuali berlindung kepada-Nya.” (Lihat: Yusuf bin Taghri, an-Nujum az-Zahirah fi Muluki Mishr, Kairo: Wizaratus-Tsaqafah, jilid II, halaman 176).

Kecerdasan dan kejeniusan beliau sudah tampak sejak kecil. Tak heran setelah dewasanya, beliau berhasil menjadi mujtahid yang brilian.

Pada usia 7 tahun, ia sudah hapal Al-Quran. Hapal kitab al-Muwatha karya Imam Malik pada usia 10 tahun. Pada usia 15 tahun, ia sudah mampu berfatwa memenuhi permintaan para ulama lain dan siapa saja yang membutuhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: