Keluarga Korban Sesalkan TKL Ecopark Hanya Cover Biaya Pengobatan, Sementara Mereka Tidak Bisa Bekerja Lagi

Keluarga Korban Sesalkan TKL Ecopark Hanya Cover Biaya Pengobatan, Sementara Mereka Tidak Bisa Bekerja Lagi

Orangtua korban, Bono Budi Wibowo (60) saat diwawancara Magelang Ekspres, Jumat, 19 April 2024-HENDRI SAPUTRA-MAGELANG EKSPRES

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES -- Insiden kecelakaan jatuhnya roller coaster di Taman Kyai Langgeng (TKL) Ecopark Kota Magelang menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban. Pasalnya, mereka yang awalnya ingin mendapatkan kebahagiaan, kini justru harus libur bekerja sehingga tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keseharian mereka.

Orangtua korban, Bono Budi Wibowo (60), mengaku anak dan mantan istrinya adalah korban terparah dalam insiden yang terjadi pada Minggu, 14 April 2024 siang itu. Anak perempuannya menderita patah tulang tangan.

"Peristiwa itu memang musibah dan kecelakaan. Namun terlepas dari itu, saya menyayangkan karena minimnya pengamanan di wahana roller coaster Taman Kyai Langgeng," kata Bono, Jumat, 19 April 2024.

BACA JUGA:Usia Roller Coaster TKL Ecopark Sudah Hampir 17 Tahun Jadi Penyebab Insiden Kecelakaan yang Melukai 3 Orang

Dia berharap, wahana ekstrem roller coaster atau dragon coaster TKL Ecopark sebaiknya segera dibenahi. Hal ini agar kasus serupa tidak terjadi lagi.

"Adanya peristiwa yang menimpa anak saya ini kan berarti karena pengamanannya kurang maksimal. Ya kami sayangkan itu, seharusnya bisa dicegah," tuturnya.

Pria berusia 60 tahun tersebut juga menjelaskan bahwa insiden ini murni kelalaian dari pengelola wisata. Meskipun dia tidak menampik, apa yang menimpa anaknya dan mantan istrinya ini adalah musibah dan kecelakaan.

"Tetapi sebaiknya ini evaluasi dari pihak TKL Ecopark sendiri. Seharusnya bisa lebih diperhatikan lagi, terutama aspek-aspek mendasak wahana tersebut," ucapnya.

BACA JUGA:Kata Pakar Hukum Insiden Kecelakaan Dragon Coaster TKL Ecopark Berpotensi Masuk ke Ranah Pidana

Bono juga mengaku bahwa insiden kecelakaan roller coaster TKL Ecopark bukanlah kali pertama. Pada tahun 2014 silam, peristiwa serupa juga terjadi.

"Ini yang kedua kalinya kalau tidak salah. Artinya sebaiknya harus ada pembenahan segara. Tutup secara permanen saja (wahana roller coaster)," tandasnya.

Di satu sisi, Bono juga menyayangkan sikap manajemen TKL Ecopark yang terkesan hanya bertanggung jawab soal pengobatan anaknya saja. Sementara untuk kehidupan sehari-hari, TKL Ecopark tidak memberikan kompensasi apapun.

"Anak saya itu kesehariannya kerja sebagai karyawan. Setelah kecelakaan tidak bisa kerja. Seharusnya ada kompensasi dari TKL selama anak saya belum bisa bekerja lagi," katanya.

BACA JUGA:Roller Coaster TKL Ecopark Dipasangi Garis Polisi, Usai Insiden Kecelakaan yang Membuat 3 Orang Terluka

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres