Keutamaan Bulan Dzulhijjah yang Banyak Dilalaikan Umat Muslim

Keutamaan Bulan Dzulhijjah yang Banyak Dilalaikan Umat Muslim

Keutamaan Bulan Dzulhijjah yang Banyak Dilalaikan Umat Muslim--

Menurut Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin puasa Arafah disesuaikan dengan hilal di negeri masing-masing tidak mesti sesuai dengan wukuf di Arafah.

Di antara alasan kenapa dianjurkan berpuasa karena amalan tersebut ada kekhususan di mana Allah melipatgandakan pahalanya, amalan tersebut hanya untuk Allah dan Dia yang akan membalasnya. Keutamaan tersebut disebutkan dalam hadits berikut,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku...” (HR. Muslim no. 1151)

Dalam riwayat lain dikatakan,

قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى

“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.” (HR. Bukhari no. 1904)

BACA JUGA:Amal Sholeh di Awal Dzulhijjah #3, Yang Kurang Afdhol Bisa Kalahkan yang Afdhol di Bulan Lain

Dalil yang mendukung anjuran puasa di 10 hari pertama Dzulhijjah adalah hadits dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْر.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya (hijriyah), …” (HR. Abu Daud no. 2437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah ‘Abdullah bin ‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma-. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 461)

Shalat Malam

Shalat malam adalah shalat yang paling afdal setelah shalat wajib. Shalat sunnah pada malam hari lebih afdal daripada shalat sunnah pada siang hari. Sebab, shalat pada malam hari bisa bermunajat kepada Allah, hati dan lisan bisa khusyuk, kesibukan berkurang pada waktu malam, lebih ikhlas, dan jauh dari riya’ (cari sanjungan).

Shalat malam itu dilakukan pada waktu orang-orang beristirahat. Tidur kala itu lebih disukai daripada bangun malam. Shalat malam itu berat untuk dikerjakan kecuali bagi orang yang khusyuk dan mengharap perjumpaan dengan Allah.

BACA JUGA:Rincian Amal Sholeh Awal Dzulhijjah bagi yang Tidak Berhaji, Siapkan Mulai Sekarang!

Shalat malam itu walau hanya sedikit adalah tanda keimanan, wajah jadi bercahaya, hati jadi terjaga, mendapatkan manisnya iman, dan menjadi sebab masuk surga. Shalat malam yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 11 rakaat atau 13 rakaat, sudah termasuk shalat witir.

Shalat Fajar dan Shalat Witir

Shalat fajar dan witir bisa menjadi prioritas amalan pada 10 hari awal Dzulhijjah. Sebab, dua shalat sunnah ini tak pernah ditinggalkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam mengingat keutamaan yang terkandung dalam shalat tersebut. Dan beliau selalu mengerjakan shalat sunah tersebut baik saat mukim (berada di rumah maupun safar (saat bepergian).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: