Kisah Pilu Dusun Jumbleng Temanggung, Pemukiman Lenyap Usai Kelongsoran

Kisah Pilu Dusun Jumbleng Temanggung, Pemukiman Lenyap Usai Kelongsoran

AKTIVITAS. Sejumlah warga Dusun Jumbleng Temanggung saat beraktivitas di desanya.-SETYO WUWUH-TEMANGGUNG EKSPRES

Diawali suara dentuman keras, Bukit Seringin yang biasanya gagah menjulang, kini roboh turun hingga ke pemukiman.

Hanya dalam hitungan detik, 13 rumah warga di dusun tersebut tertutup oleh pekatnya tanah bercampur air.

“Sebenarnya sudah ada tanda-tanda akan terjadi longsor karena hujan deras tidak kunjung reda sejak sore hingga malam hari. Tetapi, karena memang pemukiman kami berada persis di bawah bukit, tidak ada waktu bagi kami kala itu untuk menyelamatkan diri,” kenangnya, kemarin.

Tak ada aliran listrik di Dusun Jumleng kala itu, warga hanya menggunakan lampu teplok sebagai alat penenrangan utama sehari-hari.

BACA JUGA:Tradisi Open Punden di Umbul Jumprit: Harmoni Budaya, Air Suci, dan Wisata Religi di Temanggung

Alhasil, malam yang sunyi itu, tiba-tiba pecah oleh jeritan tangis minta tolong dan bunyi kentongan yang bertalu-talu.

Seluruh warga dusun berhamburan keluar. Suasana yang hening, seketika berubah berselimut aroma mencekam.

Sedikitnya, 13 rumah warga kini telah rata oleh tanah.

Termasuk di dalamnya bangunan masjid yang biasa mereka gunakan untuk beribadah.

Warga yang terhindar dari longsoran tanah berusaha memberikan pertolongan.

BACA JUGA:Hanya Dapat 1 Murid, Tiga SD Negeri di Temanggung Krisis Siswa Baru

Berharap para sanak saudara dan tetangga yang telah tertimbun material tanah masih dapat diselamatkan namun tuhan berkata lain.

Mereka justru menemukan 30 jasad yang telah berselimut pekatnya tanah.

“Waktu itu kami berada di teras rumah sambil mengumandangkan adzan sebelum bencana terjadi. Alhamdulillah, saya, bapak, dan pak dhe saat itu bisa selamat meskipun itu tidak mudah. Lumpur sudah mengubur tubuh saya. Meski terdorong tanah dan puing-puing rumah yang terus mendesak, namun saya berusaha sekuat tenaga keluar ke lokasi yang aman. Begitu juga bapak yang berhasil diselamatkan oleh pertolongan warga. Bahkan, pak dhe saya sempat dua jam lamanya terkubur material longsor,” bebernya.

Usai berhasil lolos dari maut, Tarom hanya mampu melihat lalu lalang warga yang berhamburan menyelamatkan diri sembari mencari tempat yang lebih aman.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: temanggung ekspres

Berita Terkait