Tradisi Bajong Banyu di Magelang Aksi Lempar Air Sampai Ritual Menyucikan Diri Jelang Ramadan
BAJONG BANYU. Anak-anak terlihat gembira mengikuti tradisi Bajong Banyu, budaya lokal yang dilakukan warga Mertoyudan menjelang kedatangan bulan suci Ramadan.-WIWID ARIF-MAGELANG EKSPRES
Sementara itu, orang dewasa dan orangtua hanya menyaksikan tradisi ini dari tempat yang aman dari lemparan air.

TRADISI. Masyarakat Magelang masih mempertahankan tradisi budaya Jawa menjelang Ramadan tahun ini.-WIWID ARIF-MAGELANG EKSPRES
Sebelum memulai kegiatan lempar air, mereka terlebih dahulu melaksanakan ritual doa yang dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat.
BACA JUGA:POPDA Kabupaten Magelang Diikuti 14 Cabor Sebagai Ajang Pembinaan dan Seleksi Bibit Muda
Warga desa setempat, diiringi oleh gending-gending Jawa, membawa kendi menuju Sendang Dawung yang terletak sekitar 100 meter dari lokasi acara.
Setelah sampai, mereka mengisi kendi dengan air dari sendang dan kemudian mengaraknya kembali ke lapangan untuk dituangkan ke dalam wadah atau gentong.
Setelah dilakukan doa, air tersebut disiramkan kepada warga yang telah menunggu, yang kemudian melanjutkan dengan aksi saling lempar air.
Air dari sendang ini dianggap suci karena tidak pernah kering, sehingga warga sangat menjaga kelestariannya.
Kepala Desa Banjarnegoro Kecamatan Mertoyudan, Mohammad Mustokhi menuturkan, Bajong Banyu telah menjadi agenda tahunan yang tercantum dalam kalender acara di Kabupaten Magelang.
Kegiatan ini merupakan rangkaian acara menyambut bulan Ramadan.
BACA JUGA:6 Kendaraan Operasional KPU Kabupaten Magelang Ditarik, Imbas Pemangkasan Anggaran
"Kami berharap kegiatan Bajong Banyu, yang merupakan event tahunan, dapat menjadi ikon yang membanggakan, khususnya di wilayah Banjarnegoro. Kesenian harus selalu ada untuk menampilkan seni dan kreasi yang lebih baik agar dapat menghibur," katanya.
Gepeng Nugroho, Ketua Karang Taruna Dusun Dawung, yang dijumpai di tengah kegiatan, menjelaskan bahwa tradisi ini dilaksanakan setiap menjelang bulan Ramadan dengan tujuan untuk mensucikan diri sebelum memasuki bulan suci tersebut.
"Tradisi ini merupakan ungkapan syukur warga atas limpahan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Sepanjang tahun, warga tidak pernah mengalami kekeringan. Sendang ini bisa dianggap sebagai sumber kehidupan bagi warga," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: magelang ekspres