Jejak Sejarah Tradisi Grebeg Besar Masyarakat Cacaban, Ungkapan Rasa Syukur Setelah Wabah Penyakit
SIMBOLIS. Walikota Magelang Damar Prasetyono berada di tengah-tengah antara Lurah Cacaban dan warga Cacaban seusai tradisi grebeg besar di Lapangan Kwarasan, Senin (23/6).-DWI JULIANTI-MAGELANG EKSPRES
Sebuah prosesi yang menggambarkan secara konkret semangat gotong-royong warga Cacaban dalam menjaga dan merawat warisan budaya.
BACA JUGA:Ratusan Jalan Lingkungan di Kota Magelang Belum Bersertifikat
“Tradisi Grebeg Gulai ini sudah lama ada di sini. Biasanya setelah Iduladha, kami menyembelih kambing dan gulainya dibagikan kepada warga," ujar Lurah Cacaban, Tyas Ardhiyansah.
Gulai tersebut dimasak bersama dan dihidangkan secara gratis di tenda khusus.
Semakin harmonis, karena tradisi ini menjadi ruang bertemunya warga dalam semangat kebersamaan dan rasa saling berbagi.
BACA JUGA:608 Atlet Ramaikan Kejuaraan Renang Pemula Piala Kapolres Magelang Kota Open 2025
Selain menjaga tradisi, tradisi ini juga menjadi sarana meneguhkan semangat kekompakan warga Cacaban.
"Kami libatkan semua, dari anak-anak sampai orang tua. Karena kalau tidak dikenalkan sejak dini, budaya seperti ini bisa perlahan menghilang," ucapnya.
Gunungan jajanan anak-anak pun menjadi inisiatif baru tahun ini.
BACA JUGA:Pabrik Es Kebon-Pala, Legenda Dingin dari Kota Magelang yang Kini Hilang Ditelan Bumi
Upaya kecil untuk melibatkan anak-anak secara aktif dalam prosesi, bukan sekadar sebagai penonton.
Terlebih saat ini, anak-anak sedang menjalani aktivitas libur sekolah.
Mereka, kata dia, perlu digaungkan rasa memiliki budaya yang tetal lestari ini.
Lebih sepsial lagi, karena Grebeg Besar kali ini juga dihadiri kepala daerah.
BACA JUGA:Bangun SDM Unggul, Pemkot Magelang Salurkan Beasiswa untuk 200 Mahasiswa
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: magelang ekspres
