Jejak Sejarah Tradisi Grebeg Besar Masyarakat Cacaban, Ungkapan Rasa Syukur Setelah Wabah Penyakit
SIMBOLIS. Walikota Magelang Damar Prasetyono berada di tengah-tengah antara Lurah Cacaban dan warga Cacaban seusai tradisi grebeg besar di Lapangan Kwarasan, Senin (23/6).-DWI JULIANTI-MAGELANG EKSPRES
Di barisan tenda VIP, ada Walikota Magelang Damar Prasetyono dan Wakil Walikota dr Sri Harso.
Kendati hanya di level kelurahan, kedua kepala daerah tetap hadir secara kompak.
"Ini menjadi komitmen kami bahwa tradisi dan budaya di Kota Magelang harus kita lestarikan dan kembangkan. Nguri-uri budaya adalah semangat warga Kota Magelang," ujar Damar Prasetyono.
BACA JUGA:Pemkot Magelang Perkuat Komitmen Layanan Kesehatan yang Berbasis Akhlak
Ia juga merasa bangga melihat antusiasme generasi muda dalam kegiatan budaya semacam ini.
"Tradisi ini bukan hanya milik Cacaban, tapi bagian dari jati diri budaya Kota Magelang," tuturnya.
Ia menegaskan, kegiatan seperti grebeg besar atau nyadran ini perlu terus hidup, dan bahkan ditetapkan sebagai bagian dari kalender budaya resmi Kota Magelang.
BACA JUGA:RW 4 Jambon Gesikan Siap Bawa Kota Magelang Raih Predikat Kampung Iklim Lestari Tingkat Nasional
"Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi? Ini warisan leluhur. Dan bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai budayanya,” ucapnya lantang, disambut tepuk tangan warga.
Dengan semangat yang sama, ia mengajak semua pihak agar tidak hanya melestarikan, namun juga mengembangkan tradisi sebagai kekuatan pariwisata lokal.
"Ini semua bagian dari visi besar menjadikan budaya sebagai fondasi pariwisata berbasis kearifan lokal. Mari kita rawat bersama," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: magelang ekspres
