Kader SAPA Perkuat Perlindungan Kekerasan Perempuan di Kota Magelang
(Dari kiri ke kanan) Kabid PPA DPMP4KB Kota Magelang Amalia Ila Diastri, Kepala DPMP4KB Kota Magelang Wawan Setiadi, dan Konselor Psikologi UPT PPA Kota Magelang Ine Indrawati berfoto bersama para peserta pelatihan Kader SAPA di Aula DPMP4KB.-DENISA PUTRI-MAGELANG EKSPRES
Temuan UPT PPA menunjukkan remaja yang menikah lebih rentan mengalami luka psikologis pada tahun-tahun awal pernikahan.
BACA JUGA:Gubernur Jawa Tengah Minta Kewaspadaan Usai Longsor Cilacap Terjang Dua Dusun
Ketika konflik hadir, mereka belum memiliki instrumen emosional untuk menyelesaikannya.
Situasi itu sering membuat perempuan memilih diam akibat stigma dan kekhawatiran pada reaksi pasangan maupun keluarga.
"Perempuan sekarang tidak boleh hanya diam. Kami senantiasa memberi pendampingan dan menjamin perlindungan kepada siapapun yang melapor bila mendapatkan perlakuan kekerasan,” imbuh Dias.
BACA JUGA:Ritme Kebugaran Menyapa, Pra-Event Borobudur Marathon Hadirkan Yoga hingga Shake Out Run
DPMP4KB memastikan jalur pelaporan semakin sederhana dan kerahasiaan pelapor dijaga sepenuhnya.
Layanan UPT PPA menjadi ruang aman bagi perempuan yang mengalami tekanan emosional, kekerasan fisik, maupun kekerasan verbal.
Sementara itu, Konselor Psikologi UPT PPA Kota Magelang, Dra Ine Indrawati mengulas teknik Psychological First Aid (PFA) sebagai pertolongan awal bagi perempuan atau remaja yang mengalami krisis.
BACA JUGA:Bahaya Gadget pada Balita, Walikota Magelang Ingatkan Orangtua Lebih Waspada
Melalui prinsip 3M (melihat, mendengar, menghubungkan) kader dapat mengenali tanda ketidaknyamanan, kecemasan, maupun tekanan yang dialami warga.
“Kader perlu melatih kepekaan. Situasi warga yang memerlukan pendampingan harus segera dikenali,” ujar Ine.
Ine juga menjelaskan batas usia perkawinan berdasar UU No 16/2019 yang menetapkan usia 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan.
BACA JUGA:HKN ke-61 di Kota Magelang, Wawali Ajak Tenaga Kesehatan Perkuat Layanan Humanis
Kesiapan mental serta kestabilan emosi menjadi landasan relasi yang tangguh. Sebab, ketika relasi dibangun dalam kondisi belum matang, gesekan kecil sering berkembang menjadi konflik berkepanjangan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: magelang ekspres
