Kesalahan Umat Islam dalam Menyambut Tahun Baru Hijriyah
Kesalahan Umat Islam dalam Menyambut Tahun Baru Hijriyah--
Ibnul Jauzi dalam Mawdhu’at (2/566) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan Wahb yang meriwayatkan hadits ini adalah seorang pendusta dan pemalsu hadits.
Kesimpulannya hadits yang menceritakan keutamaan puasa awal dan akhir tahun adalah hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan dalil dalam amalan. Sehingga tidak perlu mengkhususkan puasa pada awal dan akhir tahun karena haditsnya jelas-jelas lemah.
BACA JUGA:3 Macam Sujud yang Disyariatkan dalam Islam dan Dicontohkan Rasulullah
2. Memeriahkan Tahun Baru Hijriyah
Merayakan tahun baru Hijriyah dengan pesta kembang api, mengkhususkan dzikir jama’i, mengkhususkan shalat tasbih, mengkhususkan pengajian tertentu dalam rangka memperingati tahun baru Hijriyah.
Termasuk menyalakan lilin atau membuat pesta makan adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya. Karena penyambutan tahun Hijriyah semacam ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, para sahabat lainnya, para tabi’in dan para ulama sesudahnya. Yang memeriahkan tahun baru Hijriyah sebenarnya hanya ingin menandingi tahun baru Masehi yang dirayakan oleh Nasrani. Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas telah menyerupai mereka (orang kafir). Secara tegas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”
Bagaimana sikap kaum muslimin agar tidak terjebak dalam kesalahan dan dosa?
Menyambut tahun baru Hijriyah tidak dengan memperingatinya dan memeriahkannya. Namun yang harus kita ingat adalah dengan bertambahnya waktu, maka semakin dekat pula kematian.
Sungguh hidup di dunia hanyalah sesaat dan semakin bertambahnya waktu kematian pun semakin dekat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
BACA JUGA:Kelonggaran Allah pada Manusia Belajar Syariat Islam hingga Usia 60 Tahun, Tak Ada Alasan Mengelak!
“Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia tidak lain seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.”
Hasan Al Bashri mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanya memiliki beberapa hari. Tatkala satu hari hilang, akan hilang pula sebagian darimu.” (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
