Bahasa sebagai Jati Diri

Bahasa sebagai Jati Diri

WONOSOBO – Minat generasi muda terhadap pengetahuan akan budaya dan sejarahnya nampaknya semakin meningkat di era teknologi ini. Hal itu terbukti dengan banyaknya peserta agenda talkshow oleh sanggar Tari dan Rias Sekar Tanjung yang diasuh Yularti di Gedung Korpri pada penutupan Gramedia Book Fair, Minggu (18/8). Dijelaskan Yularti, bahwa nilai-nilai yang diajarkan dalam budaya Jawa, khususnya dalam bahasa dan berbagai seni termasuk dalam seni batik dan tari sudah menjadi pendidikan karakter sejak zaman nenek moyang. “Dengan kita belajar lebih dalam tentang bahasa sebagai bagian dari budaya maka kita juga akan memahami nilai-nilai yang diamanatkan oleh nenek moyang kita. Bahkan dalam budaya yang bentuknya benda atau tangible seperti batik juga tersimpan nilai adi luhung tersebut. Ada juga budaya yang bentuknya seni seperti tarian, tembang, hingga serat-serat yang mengajarkan nilai-nilai itu,” ungkapnya kemarin. Menurutnya, dengan mempelajari budaya, kita juga ikut menjaga integrasi bangsa terlebih dalam ilia-nilai budaya juga terkandung pendidikan katakter. Dalam talkshow itu, dirinya juga mengundang pengunjung book fair yang menjadi peserta untuk berdialog tentang kebudayaan dari sudut pandang mereka. “Kami juga menampilkan Tari Sekar Tanjung sebagai bentuk dari pelestarian budaya asli yang ada di Wonosobo. Dalam tarian itu kami kisahkan kehidupan di Dusun Penawangan, Tawangsari. Di mana tata masyarakatnya sangat lengkap mulai dari budaya cocok tanam, pembuatan gula jawa, dan pembuatan batik. Sebagai cermin dari sempurnanya budaya yang kita miliki dan ternyata mengundang para penonton untuk ikut berdiskusi,” imbuhnya. Tari sekar tanjung ialah gubahan dari sanggar dan digagas Yularti sendiri sebagai tari kreasi baru selain juga diajarkan tarian klasik. Para anggota sanggar tari Sekar Tanjung yang kini berjumlah sedikitnya 65 orang, mulai dari usia PAUD, SD, SMP hingga jenjang SMA terlibat dalam penampilan tari itu. Bahkan juga dijabarkan filosofi dalam banyak tarian-tarian klasik. “Penampilan ini di samping untuk memberikan hiburan bagi pengunjung juga sebagai bentuk untuk melestarikan budaya kita. Selain juga mengajak para siswa untuk bisa berlatih menyuguhkan penampilan tari di depan masyarakat,” tutur Eko, salah satu koordinator book fair. Menurut Eko, pelibatan masyarakat khususnya generasi muda dalam pembahasan budaya sangat penting mengingat mereka kini lebih tertarik pada budaya informasi yang disebarkan lewat gadget. Sedangkan budaya diskusi maupun mengemukakan pendapat secara langsung dalam sebuah forum harus terus didorong. (win)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: