Industri Rumahan Mulai Lirik Mokaf, Mampu Gantikan Terigu

Industri Rumahan Mulai Lirik Mokaf, Mampu Gantikan Terigu

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Meskipun sudah mulai dikenal luas di Wonosobo sejak tahun 2014, penggunaan tepung mokaf atau tepung berbahan dasar ketela pohon atau singkong, popularitasnya di kalangan produsen jajanan baru naik sejak 2019 lalu. Meskipun begitu, para produsen masih mencoba berbagai olahan tepung terigu yang bisa digantikan mokaf. Dengan harga yang semakin terjangkau, ternyata mokaf mulai banyak digunakan di industri pangan seperti bakery hingga kue basah. Salah satu pemilik usaha brownis dan olahan roti, Nur Said mengaku sudah mulai memasukan mokaf di setengah produksi jajanan mereka. “Kalau dari sisi ekonomi, harganya memang masih tinggi, bisa tiga kali bahkan lima kali dari harga terigu. Tapi dari sisi segmen pasar untuk gluten free karena banyak yang sekarang lebih peduli pada kesehatan. Yang baru kami cobakan di makanan seperti brownis hingga bolu kukus. Kalau harganya paling tidak sama atau hanya terpaut sedikit dari terigu, mungkin akan lebih populer lagi,” ungkap Nur ditemui di tempat produksinya, di Kertek, kemarin (11/8). Selain bebas Gluten, mokaf diteliti mengandung kalsium, fosfor, dan serat yang lebih tinggi daripada tepung terigu serta kaya vitamin C. Kini banyak tepung mokaf yang sudah tidak beraroma singkong dengan elastisitas yang lebih baik. Banyak pengguna tepung mokaf menilai bahwa sisi rendah gula dari mokaf membuatnya aman dikonsumsi mereka yang memiliki masalah diabetes. Baca juga Zona Kuning, KBM Bisa Tatap Muka Diungkapkan Nur, tepung mokaf menjadi salah satu bahan dasar utama tiwul instan yang produksinya cukup massif di Wonosobo. “Kalau untuk membuat tiwul instan juga memakai mokaf ini, jadi kebutuhan hariannya sudah ada. Tinggal produsennya yang mungkin belum banyak. Proses pembuatannya mungkin belum banyak yang menguasai karena memang harus ada fermentasi dan perendaman. Seperti buat gaplek dan butuh mesin juga. Kami banyak mengambil dari kabupaten tetangga, di Banjarnegara,” imbuhnya. Hal itu dibenarkan para pengusaha tiwul instan, salah satunya Rahayu, pemilik usaha rumahan di Selomerto yang kerap memasok tepung mokaf dari produsen luar daerah. Menurutnya, jika ada produsen yang fokus di pembuatan mokaf di lokal, akan sangat memangkas biaya produksi. Dalam sebulan, kebutuhan tepung mokaf di tempatnya bisa mencapai hampir 3 kuintal. “Selama ini kami masih mengandalkan mokaf dari luar daerah, dengan harga yang cukup tinggi untuk diolah menjadi produk jadi seperti tiwul instan. Apalagi bahan lain juga harus kami penuhi. Kalau produksi sendiri kami juga tidak punya tenaga khusus,” ungkapnya. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: