Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak Meningkat

Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak Meningkat

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencatat, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak selama pandemi corona (covid-19) meningkat. Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak KPPPA, Lenny Rosalin mengatakan, bahwa dalam bulan April KPPPA mendata sebanyak 643 kasus yang terjadi. \"Tercatat pada 2-25 April terdapat 643 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak,\" kata Lenny, Senin (18/5) Meski tak menyebut jumlah kasus sebelumnya, kata Lenny, grafik ini meningkat terus sejak bulan Januari. Menurut kajian KPPPA, hal ini terjadi akibat perubahan kondisi mental keluarga pada masa pandemi covid-19. \"Orang tua banyak yang stress karena di pecat atau dirumahkan, akhirnya ini membuat orang tua marah di rumah. Anak menjadi pelampiasan stress,\" ujarnya. Lenny menilai, bahwa hal ini menjadi tantangan keluarga di masa pandemi. Kendati demikian, hak bahagia anak harus terpenuhi meski keluarga dalam masa sulit. \"Dalam pengasuhan anak kita harus memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan dan kesejahteraan yang menetap dan berkelanjutan, memastikan hak anak terpenuhi demi kepentingan terbaik bagi anak,\" tuturnya. Untuk itu, Lenny meminta orang tua mampu mengelola stres denga baik. Guna membantu persoalan tersebut, pihak KPPPA menyediakan layanan psikologis bagi orang tua. \"Yang penting orang tua mengelola stres, hak bahagia anak harus terjamin. Orang tua bisa mengunjungi materi yang kami buat pada bit.ly/tooltipscovid19 atau telfon di 119 ekstension 8,\" terangnya. Sementara itu, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan, ancaman tekanan psikologi di masa pandemi corona dibuktikan dengan banyaknya jumlah aduan kekerasan dalam rumah tangga. Selama 16 hingga 30 Maret 2020 terdapat 59 kasus kekerasan seperti perkosaan, pelecehan seksual dan pornografi online. \"Di antara kasus tersebut, 17 di antaranya adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),\" kata Moeldoko, mengutip data dari LBH APIK. Berdasarkan catatan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), kasus KDRT sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Meningkatnya tekanan sosial dan ekonomi akibat pandemi corona menyebabkan peningkatan kasus KDRT di dunia. \"Di Prancis hingga satu per tiga kasus dalam seminggu. Afrika Selatan ada 90.000 kasus pengaduan KDRT. Australia menyatakan peningkatan pencarian online terkait layanan bantuan KDRT hingga 75 persen pasca-pandemi,\" tutur Moeldoko. Data dari PBB sejalan dengan laporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang menyebut persoalan Covid-19 terdiri dari 20% masalah kesehatan dan 80 persen masalah psikologi. \"Dengan demikian, jika masyarakat tak bisa menjaga psikologi mereka sendiri maka ada kecenderungan imunitas tubuh akan menurun, dan akhirnya itu yang membuat seseorang terkena Covid dan melemah. Waspada sangat diperlukan, namun takut hingga cemas dan stres jangan sampai terjadi,\" pungkasnya. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: