OJK Siapkan Lima Jurus Kerek Ekonomi 2020

OJK Siapkan Lima Jurus Kerek Ekonomi 2020

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis pertumbuhan ekonomi dan kinerja jasa keuangan akan berlanjut positif hingga di 2020. Hal ini ditandai dengan pertumbuahn ekonomi yang stabil di level 5 persen. Untuk mengerek kinerja keuangan, Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santosa mengatakan, di Jakarta, baru-baru ini, bahwa OJK telah menyiapkan lima strategis jitu untuk tahun ini. Pertama, peningkatan skala ekonomi industri keuangan, mempersempit regulatory & supervisory gap antar sektor jasa keuangan. Kedua, digitalisasi produk dan layanan keuangan serta pemanfaatan teknologi dalam mendukung kepatuhan regulasi. Ketiga, percepatan penyediaan akses keuangan masyarakat serta penerapan market conduct. Kemudian Kelima, perlindungan konsumen yang lebih baik. Serta terakhir, pengembangan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah. Dengan lima area tersebut, harapan dia bisa meningkatkan kinerja sektor jasa keuangan. Tentu saja, bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun OJK tidak memungkiri kerugian keuangan atau downside risks masih akan terjadi lantaran dampak dari perlambatan ekonomi global dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina. Kendati demikian, dengan adanya terobosan dari pemerintah lewat UU Omnibus Law, maka pertumbuhan ekonomi dan kinerja sektor jasa keuangan akan menunjukkan tren positif di 2020. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dalam risetnya meyebutkan ada beberapa pekerjaan rumah yang harus segera dirampungkan pemerintah agar mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan keluar dari pertumbuhan 5 persen. Menurut riset tersebut, ekonomi nasional pertumbuhan ekonomi masih bergantung dengan sektor konsumsi rumah tangga. Sementara investasi belum kondusif. \"Indonesia tidak menarik bagi investor asing karena kerumitan regulasi,\" tulis riset tersebut. Ditambah lagi, ketergantungan Indonesia terhadap impor masih sangat tinggi khususnya pada bahan baku untuk industri. Di sisi lain, Indonesia di perdagangan internasional kalah bersaing. \"Laju pertumbuhan beberapa sektor utama seperti industri dan perdagangan belum cukup menggembirakan, sementara realisasi investasi juga semakin kedap penyerapan tenaga kerja,\" tulis riset lagi. INDEF mencontohkan, Industri Tekstil dan Produk yang merupakan salah satu satu sektor unggulan gagal bersaing akibat ketidakberpihakan kebijakan pemerintah dan adanya tekanan faktor eksternal. Sementara itu, Ekonom Senior lembaga kajian ekonomi CORE Indonesia, Hendri Saparini berpendapat, pemerintah harus menjaga konsumsi swasta, meningkatkan investasi dan ekspor. Ketiga hal itu faktor utama meningkatkan pertumbuhan ekonomi di 2020. \"Seperti kita tahu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada konsumsi rumah tangga, yang porsinya mencapai 56 persen. Kemudian investasi dengan porsi 30-32 persen, serta ekspor,\" ujar Hendri. Karenanya, pekerjaan rumah pemerintah harus menjaga tingkat konsumsi swasta yang di mana kontribusinya paling besar terhadap perekonomian nasional. \"PR kita, jangan sampai kebijakan fiskal justru makin destruktif pada upaya menjaga daya beli masyarakat,\" kata dia. Sedangkan dari sisi ekspor. Pemerintah harus melakukan transformasi untuk mencari komoditas-komoditas baru guna meningkatkan ekspor. Kemudian, lanjut dia, dari sisi investasi, pemerintah harus menarik investasi yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Tak hanya menarik investasi besar, di level menengah juga harus dibidik. \"Banyak sekali yang bisa dilakukan dengan investasi menengah yang berorientasi ekspor. Misalnya investasi untuk pengolahan minyak sawit, essential oil, yang banyak diminati investor asing,\" kata dia. Selain itu, pemerintah juga harus mendorong sektor-sektor yang berpeluang membuka lapangan kerja yang banyak. Misalnya sektor industri pengolahan yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. (din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: