Meriahnya Perayaan Tahun Baru Islam di Gunung Tidar Kota Magelang

Meriahnya Perayaan Tahun Baru Islam di Gunung Tidar Kota Magelang

TOPENG IRENG. Kesenian topeng ireng menjadi magnet baru bagi warga di sela peringatan Grebeg Sura Tidar, Jumat (29/7) lalu.(foto : prokompim kota magelang)--

EMPAT gunungan dengan tinggi sekitar 1 sampai 1,5 meter diarak menuju puncak Gunung Tidar, Kelurahan Magersari, Kecamatan Magelang Selatan, Jumat (29/7) sebagai rangkaian perayaan Tahun Baru Islam 1444 Hijriah. Perayaan yang disambut meriah warga itu merupakan bentuk ucapan syukur atas berkah selama setahun terakhir dan harapan lebih baik di tahun yang akan datang.

Tiga gunungan itu masing-masing berisi hasil bumi seperti sayuran, palawija, dan bumbu dapur. Sedangkan satu gunungan lagi berupa makanan olahan tahu. Memang sentra usaha tahu menjadi industri mayoritas di kawasan lereng Tidar.

Setibanya di pelataran Gunung Tidar yang merupakan gerbang masuk ‘Pakuning Tanah Jawa’ itu doa bersama digelar. Tokoh budayawan, seniman, pemerintah, hingga masyarakat berkumpul di sana. Dengan khidmat mereka memanjatkan doa dan mengucap syukur bisa menggelar kegiatan ini setelah selama dua tahun tak ada apapun karena pandemi Covid-19.

Ribuan warga yang berasal dari beberapa perkampungan di Kelurahan Magersari, Tidar Utara, Tidar Selatan, dan lainnya antusias mengikuti rangkaian perayaan Tahun Baru Islam 1444 Hijriah itu. Anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua tumpah ruah di pelataran Gunung Tidar.

Meski mentari cukup menyengat mereka tetap bertahan menyaksikan serangkaian pertunjukan seni tradisional. Ada gedruk, topeng ireng, kuda lumping, sampai tari brodut. Tak lupa, masyarakat juga berdoa memohon perlindungan dan supaya pandemi Covid-19 segera sirna dari negeri ini.

Sederet kegiatan peringatan Tahun Baru Islam di Gunung Tidar sendiri dibagi menjadi tiga tahap. Pertama adalah acara pembukaan di pelataran. Kemudian arak-arak 4 gunungan dibawa ke puncak Tidar. Terakhir adalah Grebeg Sura, di mana warga berebut untuk mendapatkan hasil bumi yang dianggap sakral dan memberi berkah itu.

Kegiatan diawali dengan pentas seni pukul 13.30 sampai 21.00 di parkir UPT Gunung Tidar, Jumat (29/7). Kemudian pukul 19.30 WIB empat gunungan itupun diarak menuju Gunung Tidar. Usai didoakan, gunungan ini diperebutkan masyarakat saat acara di puncak.

“Alhamdulillah dapat sayur, buat masak besok,” kata Mursini (50) warga Magersari, sembari memeluk aneka sayuran mulai kacang panjang, sawi, hingga tahu bulat.

“Ramai dan asyik juga ikut rebutan gunungan. Sayuran ini buat masak ibu,” imbuh Dewi Artika (18) pengunjung lainnya.

Kepala UPT Kebun Raya Gunung Tidar Yhan Noercahyo Wibowo mengatakan, kegiatan tahunan ini sudah digelar sejak beberapa tahun yang lalu. Namun sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi Covid-19.

“Kalau sebelum pandemi hanya perayaan Malam 1 Syuro biasa, tapi kalau ada grebeg dan festival budaya ini baru diadakan pertama kali. Tentunya gelaran ini tidak lepas dari peran para seniman, budayawan, dan warga sekitar Gunung Tidar,” ujarnya.

Ia mengaku sangat terbantu adanya kegiatan Grebeg Sura Gunung Tidar. Selain menggiatkan wisata religi, kesempatan ini juga dimanfaatkan warga yang tinggal di kawasan Gunung Tidar untuk ‘ngalap berkah’.

Mereka memanfaatkan event ini dengan berjualan jajanan, souvenir, hingga makanan. Dagangan warga itupun laris manis.

“Harapannya ada geliat ekonomi karena serangkaian event ini. Selama pandemi para pedagang dan warga seputar Gunung Tidar memang merasakan dampak yang luar biasa. Alhamdulillah sekarang mereka bisa bangkit lagi,” tutur Yhan.

Pegiat budaya Magelang, Agung Begawan Prabu menuturkan, arak-arakan gunungan dan hasil bumi merupakan wujud syukur warga. Setiap gunungan dibuat dengan bentuk kerucut dan runcing ke atas melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Gunungan yang terdiri dari sayur mayur dan tahu bulat itu memiliki filosofis tersendiri. Misalnya kacang panjang, melambangkan harapan untuk dipanjangkan umur serta rezeki. Selain itu, gunungan tahu bulat mencerminkan kekhasan industri masyarakat di sekitar Gunung Tidar yang mayoritas menjadi perajin tahu bulat.

Di sisi lain, berkah event Grebeg Sura Tidar juga dirasakan warga yang rumahnya dekat dengan gerbang. Tia (34), ibu rumah tangga yang memiliki warung kelontong sekaligus penyewaan toilet di jalan akses masuk Gunung Tidar mengaku mendapatkan keuntungan tersendiri selama gelaran berlangsung.

Bahkan, warga RW 09 Tejosari itu mengatakan kalau dalam sehari saat event, pemasukkannya lebih tinggi jika dibandingkan kalkulasi pendapatannya selama dua tahun terakhir.

“Kalau dikumpulkan hasil kerja dua tahun ini sama yang sehari kemarin (Grebeg Sura Tidar) lebih tinggi yang ini. Ya tentunya sangat bersyukur dan senang. Semoga bisa digelar rutin tiap tahunnya,” tandasnya.

Dia menilai, keberadaan wisata religi yang jadi destinasi andalan di Kota Magelang tersebut sudah mulai dirasakan oleh warga. Ia pun berencana ke depan menjual souvenir yang khas dengan wisata religi Gunung Tidar.

”Baru jualan kecil-kecilan seperti warung kelontong, kopi, makan, dan toilet. Kalau ke arah kerajinan sebenarnya ingin sekali,” tutur Tia. (prokompim/kotamgl/des)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com