Kapan Puasa Muharram? Ini Alasan Rasulullah Menganjurkan Puasa 9 dan 10 Muharram

Ilustrasi Kapan Puasa Muharram Dilaksanakan Menurut Anjuran Rasulullah--
MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Bulan Muharram 1445 Hijriyah sebentar lagi tiba. Bulan Muharram merupakan bulan mulia karena dianjurkan umat Muslim memperbanyak amal sholih, terutama puasa.
Sebab, puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa bulan Muharram. Yang lebih afdol adalah puasa Asyura pada 10 Muharram.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menganjurkan umat Muslim melakukan puasa pada bulan Muharram seperti sabdanya, “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram.
Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah).
Ini menunjukkan bahwa umat muslimin dianjurkan memperbanyak puasa pada bulan Muharram. Jika tidak mampu, berpuasalah sesuai kemampuannya.
Seperti mengerjakan puasa Asyura pada 10 Muharram adalah yang paling afdol. Maka jangan pernah ditinggalkan.
BACA JUGA:Benarkah Ukuran Nabi Adam AS Sama Dengan 15 Orang Saat Ini? Simak Faktanya!
Dari sekian hari di bulan Muharram, yang lebih afhol adalah puasa hari ‘Asyura, yaitu pada 10 Muharram.
Abu Qotadah Al Anshoriy berkata,“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim no. 1162).
Namun untuk menyelisihi Yahudi, Rasulullah menganjurkan berpuasa pada hari sebelumnya, yaitu berpuasa pada hari kesembilan (tasu’a).
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.”
Lantas beliau mengatakan,“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)
Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyyah, Imam Ahmad, Ishaq dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan. (Lihat Syarh Muslim, 8: 12-13)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: