Ini Alasan Prajurit Nusantara Tidak Memakai Baju Zirah Seperti Ksatria Kerajaan di Eropa

Perbedaan baju zirah yang dikenakan bangsa Eropa dan bangsa Nusantara di era lampau bisa terlihat dari foto lukisan (kiri) prajurit Eropa (kanan) lukisan Mahapatih Gajah Mada.-TANGKAPAN LAYAR-CANVA
4. Taktik Pertempuran yang Berbeda
Prajurit Nusantara mengandalkan taktik pertempuran yang lebih menekankan serangan mendadak, perang gerilya, dan manuver cepat.
Dalam situasi-situasi ini, baju zirah mungkin dianggap sebagai hambatan daripada keuntungan. Dengan tidak memakai baju zirah, prajurit dapat lebih mudah beradaptasi dengan taktik-taktik semacam itu.
5. Negara Maritim
Kerajaan Nusantara didominasi wilayah maritim, kepulauan, dan kelautan. Tentu saja tidak praktis dalam kapal-kapal perang kecil, tapi di dalamnya ada ribuan prajurit yang semuanya memakai baju zirah.
Bisa dibayangkan betapa beratnya beban kapal membawa prajurit beserta baju zirah yang beratnya mencapai 15 kilogram untuk satu orang saja.
BACA JUGA:Dahsyatnya Letusan Merapi Membuat Ibukota Kerajaan Mataram Dipindahkan
Ditambah, mengenakan baju zirah akan menyulitkan armada angkatan laut prajurit kerajaan di Nusantara kesulitan untuk berenang, bahkan berisiko tenggelam.
Kita tentu ingat bahwa nenek moyang bangsa Nusantara adalah pelayar yang andal dan perenang terbaik. Jadi tidak mungkin, mereka yang terkenal sebagai penguasa medan lautan harus mengenakan baju zirah.
Itulah alasan mengapa prajurit kerajaan di Nusantara tidak memakai baju zirah. Beberapa faktor yang melatarbelakangi antara lain soal, filosofi perang, lingkungan geografis, dan taktik pertempuran yang unik bagi mereka.
Alasan ini tidak hanya mencerminkan cara mereka melihat pertempuran, tetapi juga merupakan cerminan dari hubungan mereka dengan lingkungan alam dan nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: