Tabrakan Kereta Api 1943 di Magelang Jadi Tragedi Paling Berdarah Sepanjang Sejarah Transportasi Indonesia

Tabrakan Kereta Api 1943 di Magelang Jadi Tragedi Paling Berdarah Sepanjang Sejarah Transportasi Indonesia

Kecelakaan paling mematikan sepanjang sejarah Indonesia di Magelang-Repro Bagus Priyana-Facebook

Tak bisa digambarkan, bagaimana pilunya hati Soekardjo ini. Ia melihat secara langsung kengerian kecelakaan maut yang menewaskan ratusan orang tepat di depan matanya.

"Pembacapun bisa melihat dari foto-foto yang saya tampilkan ini. Betapa mengerikan sekali tragedi maut tabrakan 2 kereta api ini. Pada foto tersebut tidak terlihat adanya mayat-mayat korban kecelakaan," tulis Bagus Priyana.

Bagus menduga, pengambilan foto tersebut dilakukan ketika proses evakuasi selesai.


Jembatan rel kereta api di Blondo, Kabupaten Magelang yang pernah menewaskan ratusan penumpang pada tahun 1943-TANGKAPAN LAYAR-GOOGLE MAPS

BACA JUGA:Gunung Sumbing Pernah Meletus Tahun 1730, Kerusakan Hingga Korban Jiwa yang Ditimbulkan

Sayangnya hingga kini tidak ada referensi dan catatan kaki mengenai jumlah pasti korban kecelakaan di Magelang tersebut.

Konon katanya, jenazah masinis salah satu kereta api dimakamkan tidak jauh dari lokasi kecelakaan ini.

"Foto-foto asli ini baru saya dapatkan pada hari Senin 4 Desember 2016, setelah 73 tahun sejak peristiwa itu terjadi dan 7,5 tahun sesudah Soekardjo Mangoenwidjojo menceritakannya kepada saya," ujar Bagus.

BACA JUGA:Kecelakaan Karambol di Simpang Artos, 1 Mobil Sampai Berdiri

Hal ini tentu menjadi sebuah bukti otentik di mana hingga kini tidak ada yang bisa membuktikan tentang peristiwa kecelakaan dengan jumlah korban paling banyak di Indonesia itu.

"Dari hasil penelusuran didapatkan bahwa tragedi tersebut terjadi pada tahun 1943 sekitar jam 11 siang. Doa kami untuk para korban tragedi maut kecelakaan kereta api di jembatan Kali Elo Magelang. Semoga tidak berulang kembali," kata Bagus.

Saksi hidup yang melihat peristiwa itu, Soekardjo Mangoenwidjojo dikabarkan meninggal dunia pada sekitar 2013-2014 lalu.

Di akhir tulisannya, Bagus Priyana juga mengucapkan terima kasih atas kenangan berharga meski sangat memilukan itu. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: fb bagus priyana