Tabrakan Kereta Api 1943 di Magelang Jadi Tragedi Paling Berdarah Sepanjang Sejarah Transportasi Indonesia

Kecelakaan paling mematikan sepanjang sejarah Indonesia di Magelang-Repro Bagus Priyana-Facebook
Ayah Soekardjo segera mengambil sepeda kayuhnya untuk mengejar rangkaian kereta api dengan ratusan penumpang yang meluncur dari Blabak ke utara. Ia terus berjuang untuk menghentikan laju kereta itu.
Seperti diketahui jika rel kereta api dari Blabak hingga jembatan Kali Elo berdampingan dengan jalan raya Magelang-Blabak-Muntilan-Jogja. Kemudian mendekati Kali Elo, rel tersebut berbelok ke kiri memutar menjauh dari jalan raya.
Hal ini karena jalan menuju ke jembatan kereta api di atas Kali Elo memiliki kontur jalan menurun tajam, sehingga jalur kereta api harus sedikit memutar agar landai dan tidak berisiko pada kecelakaan.
BACA JUGA:Tempat Angker di Gunung Sumbing, Jangan Lakukan Ini Jika Tidak Mau Disesatkan di Alas Dampit
Usaha sang ayah Soekardjo pun berhasil. Loko tersebut bisa terkejar.
Sontak saja, ayah Soekardjo mengumumkan kepada masinis agar mengurangi kecepatan rangkaian kereta apinya.
Dia juga memberitahu bahwa di arah depan ada kereta api yang tengah meluncur dari Stasiun Mertoyudan.
Sayangnya, keberhasilan ayah Soekardjo ini terlambat beberapa detik. Begitu dia usai memberitahu sang masinis, tabrakan antar dua kereta dengan kecepatan tinggi itupun tak terhindarkan.
Kejadian itu persis di selatan jembatan Kali Elo. Sejurus kemudian, ayah Soekardjo terlemas. Kakinya seakan tak dapat digerakkan. Tangannya membisu, mulutnya terus mengering.
Ia tak kuasa menahan tangisan, raungan, dan heningnya penumpang yang sudah tewas saat peristiwa nahas itu terjadi.
Ratusan jiwa menjadi korban dari karena tragedi paling berdarah sepanjang sejarah kereta api Indonesia.
Mayat-mayat bergelimpangan baik di dalam maupun diluar gerbong, korban jiwa pun berjatuhan. Muatan beras berkarung-karungpun tumpah ruah tidak karuan.
BACA JUGA:Mitos Larangan Pakai Baju Hijau di Gunung Sumbing Jika Tidak Ingin Diganggu Sosok Gaib
Ayah Soekardjo merasa bersalah atas tragedi ini. Menjadikan catatan kelam sebagai seorang profesional dalam pekerjaannya.
Ketika mendengar peristiwa tragedi ini, Soekardjo remaja bergegas dari Muntilan menuju lokasi kecelakaan maut ini menggunakan sepeda kayuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: fb bagus priyana