Mitos Bisa Pegang Tangan Buddha di Borobudur, Bisa Dapat Berkah?

Mitos Bisa Pegang Tangan Buddha di Borobudur, Bisa Dapat Berkah?

Mitos Bisa Pegang Tangan Buddha di Borobudur, Bisa Dapat Berkah?-TANGKAPAN LAYAR-Pixabay

MAGELANGEKSPRES — Masyarakat Magelang mungkin sangat paham soal mitos yang terkenal di Candi Borobudur, yaitu pegang batu dapat berkah. Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, memang menjadi destinasi wisata unggulan. Namun, benarkah mitos pegang tangan patung Buddha bisa membawa berkah?

Mitos menyentuh tangan patung Buddha ini lebih dikenal dengan sebutan Kunto Bimo. Kunto Bimo adalah kepercayaan yang awalnya berkembang di kalangan masyarakat sekitar Candi Borobudur.

Dalam mitos Kunto Bimo, dipercaya bahwa siapa pun yang merogoh ke dalam stupa Candi Borobudur dan menyentuh bagian tertentu dari tubuh patung Buddha di dalamnya akan mendapatkan keberuntungan atau keinginannya akan terkabul.

Terkait mitos Kunto Bimo, ada yang menyebut bahwa untuk pria, mereka harus menyentuh bagian jari manis atau jari kelingking dari patung Buddha yang terdapat di dalam stupa.

BACA JUGA:Misteri Dibalik Keindahan Gunung Semeru, Ramalan Jayabaya: Pulau Jawa Akan Terbelah

Sementara itu, perempuan harus memegang bagian telapak kaki, tumit, atau ibu jari kaki dari patung Buddha tersebut.

Karena mitos ini, patung Buddha tersebut juga dikenal dengan nama patung Kunto Bimo. Berdasarkan catatan sejarah, istilah Kunto Bimo berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa.

Kata "kunto" berarti mengira-ngira atau permintaan-mendapatkan, dan "bimo" berarti pantang menyerah.

Karena mitos itu pula maka arca Buddha tersebut juga dikenal dengan nama arca Kunto Bimo.

Seorang arkeolog Indonesia yang pernah memimpin pemugaran Candi Borobudur, almarhum R Soekmono, mengungkap asal-usul mitos Kunto Bimo.

BACA JUGA:Ramalan Jayabaya Terbelahnya Pulau Jawa Akibat Letusan Gunung Slamet Menurut Islam

Menurutnya, mitos Kunto Bimo tidak memiliki kaitan dan tidak diajarkan dalam ajaran agama Buddha.

Asal mula mitos Kunto Bimo adalah hasil dari tindakan tidak benar oknum petugas candi pada tahun 1950-an yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dari pengunjung candi.

Mereka menaburkan bunga dan uang pada satu arca dalam stupa untuk menciptakan kesan mistis bagi wisatawan yang datang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres