Sadranan Keluarga Soero Soekarto di Desa Tirtosari Magelang: Tradisi Unik yang Kental dengan Budaya Jawa

Pengalungan syal atau selendang kepada trah tertua keluarga yang dituakan, Joko Sujono, oleh tokoh keluarga Triyudo Purwoko, di Pendopo Soero Soekarto, Desa Tirtosari, Sawangan, Kabupaten Magelang, Minggu, 9 Februari 2025.-Imron Rosadi-Magelang Ekspres
SAWANGAN, MAGELANGEKSPRES.COM - Bagi masyarakat Jawa, tradisi Nyadran atau Sadranan bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga bentuk penghormatan kepada leluhur yang telah berpulang.
Namun, ada yang unik dari Sadranan keluarga besar Soero Soekarto di Desa Tirtosari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Minggu, 9 Februari 2025.
Berbeda dari biasanya, tradisi ini dikemas dengan unsur budaya yang kental, menciptakan suasana yang lebih sakral dan penuh makna.
Dengan tema "Nyadran Kumpul Sedulur", acara ini tidak hanya menjadi ajang doa bersama, tetapi juga momentum bagi keturunan Soero Soekarto untuk mempererat tali silaturahmi, mengenang sejarah keluarga, serta melestarikan warisan budaya yang telah diwariskan turun-temurun.
BACA JUGA:Bukit Balak Pakis, Petilasan Syekh Subakir yang Menjadi Lokasi Tradisi Sadranan!
Ritual Adat yang Penuh Makna
Nyadran keluarga besar Soero Soekarto kali ini digelar di Pendopo Wanasri Soero Soekarto, bukan di makam sebagaimana tradisi sebelumnya. Meski begitu, esensi utama tetap terjaga, yakni mendoakan arwah leluhur dengan tahlil bersama masyarakat setempat.
Sejak pagi, para anggota keluarga sudah berdatangan dengan mengenakan busana adat Jawa. Kaum pria mengenakan baju lurik, kain batik, dan blangkon, sedangkan kaum wanita anggun dengan kebaya Jawa lengkap. Puluhan pemuda dan pemudi ikut serta mengarak ubarampe menuju pendopo, menambah suasana sakral acara.
Salah satu momen penting dalam ritual ini adalah pengalungan syal atau selendang kepada trah tertua keluarga yang dituakan, Joko Sujono, oleh tokoh keluarga Triyudo Purwoko. Prosesi ini semakin khidmat dengan taburan bunga saat Joko Sujono melangkah memasuki pendopo, diiringi anggota keluarga besar keturunan Soero Soekarto.
Joko Sujono sendiri merupakan anak dari cucu termuda kedua Soero Soekarto, sekaligus keturunan ketujuh. Sebagai sesepuh, ia berperan dalam melanjutkan tradisi ini agar tetap lestari bagi generasi mendatang.
Esensi Nyadran: Doa, Silaturahmi, dan Pelestarian Budaya
Dalam sambutannya, Joko Sujono menegaskan bahwa Sadranan keluarga Soero Soekarto sudah ada sejak lama, bahkan mungkin sejak zaman Majapahit. Tradisi ini kemudian mengalami modifikasi oleh pemuka agama Islam sehingga hingga kini, prosesi Nyadran dilakukan dengan doa-doa Islami.
Menurutnya, Nyadran memiliki banyak fungsi penting:
- Mendoakan leluhur agar diterima di sisi Allah SWT.
- Mengingatkan bahwa setiap manusia kelak akan mengalami hal yang sama, sehingga perlu menyiapkan diri dengan amal baik.
- Menjalin silaturahmi antar-keluarga yang mungkin jarang bertemu.
- Menjaga dan melestarikan budaya Jawa yang kaya akan nilai luhur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: