"Sebelumnya kita belum banyak mengenal kopi. Tapi kemudian mulai ditanam, karena awalnya tujuannya untuk konservasi. Namun sistemnya belum monokultur sehingga jumlah produksi belum bisa banyak," ujarnya.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, warga Poktan Bina Sejahtera Desa Bowongso terus termotivasi melakukan perbaikan produksi, mulai fokus ke pelabelan, bahkan sudah banyak yang memulai niaga dengan menjual Kopi Bowongso kepada konsumen.
"Di Bowongso sendiri sudah ada cara khusus, sehingga kopi kita secara pelabelan cukup dikenal sebagai komoditas pertanian khas Wonosobo. Ya meskipun kita termasuk pemain baru ya, karena baru mulai di tahun 2010," ujarnya.
BACA JUGA:Tempat Bukber di Magelang, Teras Nyah Dewi dan Kopi Bah Aan jadi Kedai Kopi Bertema Tempo Dulu
Ia membocorkan trik perawatan kopinya, diawali tata cara memetik kopi. Menurut dia, pemetikan buah kopi tidak boleh sembarangan, melainkan harus memilih kopi dari pohon dengan kondisi matang dan segar.
"Maksudnya, matang tidak terlalu matang tapi segar begitu, sehingga kita anggap pas," terangnya.
Setelah memperoleh buah kopi, tak sekadar berhenti di proses pemetikan saja, namun perlu melalui tahapan selanjutnya. Misalnya yang disampaikan Yusuf, bahwa kopi setelah dipetik tak boleh didiamkan lebih dari 8 jam, dan harus cepat-cepat diolah.
Pengolahan tersebut termasuk proses fermentasi, dan penjemuran kopi dengan ketentuan bahwa produk tidak boleh diletakkan diatas tanah begitu saja. Ada aturannya, agar Kopi Bowongso bisa berkualitas.
"Dari tanah minimal 50 cm, sehingga ketika sudah jadi kopi, nantinya tidak ada aroma tanah. Makanya tidak dianjurkan meletakkan langsung di atas tanah, tapi perlu ada jarak," beber Yusuf.
Melalui standarisasi perawatan kopi tersebut membuat Kopi Bowongso tak mungkin mengecewakan konsumen, karena kualitas barangnya bagus, serta dapat dipertimbangkan rasa dan aroma khasnya.
BACA JUGA:Produk Olahan Rempah hingga Kopi Melimpah
"Kebetulan bowongso punya rumah jemur, sangat aman dan higienis karena tidak terkontaminasi bau-bau yang masuk, karena ada gedung khusus. Pantas kalau saya bilang Kopi Bowongso eksistensinya luar biasa padahal mulainya belum lama kan," katanya.
Walaupun produk baru, akan tetapi pada tahun 2013, Kopi Bowongso berhasil mendapatkan juara pertama untuk kategori uji cita rasa kopi jenis arabika, tingkat Provinsi Jawa Tengah, pada peringatan Hari Perkebunan Nasional ke-56.
"Alhamdulillah Kopi Bowongso bisa eksis terus. Kita juga mendapatkan apresiasi sebagai satu dari sembilan kopi arabika terbaik dari seluruh tanah air," ucapnya.
Kopi Bowongso bersanding dengan 8 kopi terbaik lainnya di Indonesia. Kopi tersebut di antaranya Kopi Kledung Temanggung, Kopi Samboga Bandung, Kopi Arabika Toraja, Kopi Prigen Pasuruan, Kopi Ijen Raung Bondowoso, Kopi Bumiaji Batu, Kopi Arabika Bandung, dan Kopi Flores Bajawa Ngada.
"Di desa kami belum banyak petani bergerak di kopi. Rata-rata masih tembakau dan sayuran. Tapi kami terus berinovasi agar Kopi Bowongso bisa terus tampil sebagai biji kopi pilihan masyarakat," pungkasnya. (mg7)