Diyakini Bisa Cegah Virus Korona, Harga Jahe Merah Tembus Rp 120 Ribu

Diyakini Bisa Cegah Virus Korona, Harga Jahe Merah Tembus Rp 120 Ribu

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA– Munculnya kasus virus Korona di Indonesia memicu kenaikan harga sejumlah komoditas. Terutama komoditi yang dianggap bisa digunakan untuk pencegahan Korona, seperti jahe. Di Metro Atom Pasar Baru, Jakarta Pusat, harga jahe sudah naik lebih dari dua kali lipat dari harga biasa. “(Jahe putih) ecer Rp 60 ribu, (jahe merah) Rp 120 ribu. Naik dari beberapa waktu yang lalu, kalau jahe merah kosong mulu baru sekarang ada,” kata salah satu pedagang Abdul Bahri, 19, saat ditemui JawaPos.com di lokasi, Kamis (5/3). Harga jual tersebut bisa dikurangi oleh para pedagang apabila pembelinya langganan tetap. Itu pun berkuranganya hanya sekitar Rp 10 ribu. Jika harga normal, jahe putih hanya dihargai Rp 35-40 ribu per kilogram. Sedangkan jahe merah Rp 55 ribu. Selain itu, Bahri mengaku kesulitan mendapat jahe merah. Bahkan pembelian ke Pasar Induk Senen pun dibatasi maksimal 2 kilogram. Kendati demikian, dia mengatakan pembeli jahe masih cukup ramai meskipun harga melonjak drastis. “Ya alhamdulillah ada aja (pembeli). Kebanyakan kiloan belinya,” jelasnya. Namun dia berharap situasi ini bisa kembali normal. Pasalnya, harga jahe yang melonjak juga memberatkan pedagang untuk berbelanjaan barang dagangan. Sementara itu, pedagang lainnya Yadi, 39, pun menjual jahe dengan harga yang sama. Kenaikan itu sudah terjadi sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan ada kasus korona di Indonesia. Dia pun mengaku mendapatkan stok jahe harus berebut dengan pembeli lain di Pasar Induk Senen. “Ya gampang-gampang susah. Kalau nggak ditungguin ya kehabisan, karena di sana berebut. Ada sih ada, cuma berebut. Yang ketinggalan ya kehabisan,” kata Yadi. Melonjaknya harga jahe dipengaruhi karena harga yang diberikan oleh Pasar Induk Senen pum sudah tinggi. Terkadang harga dasarnya Rp 80 ribu, dan seketika bisa melonjak hingga Rp 100 ribu. “Makin malem makin mahal, karena stoknya nggak ada,” jelas Yadi. Sementara itu, untuk komoditas lain tidak mengalami kenaikan harga. Melonjaknya nilai jual hanya terjadi untuk bahan-bahan yang diyakini bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Kondisi ini pun memberatkan para pembeli. Pasalnya jahe sangat dibutuhkan untuk sehari-hari. Selain dijadikan minuman, juga untuk bumbu masakan. “Kita mah terima aja, mau gimana lagi, kita perlu,” ucap salah seorang pembeli, Yanti. Dia pun berharap kondisi ini bisa segera normal. Sehingga harga-harga kembali pulih. Tidak ada lonjakan drastis seperti sekarang. Sementara itu, pedagang lainnya Yadi, 39, pun menjual jahe dengan harga yang sama. Kenaikan itu sudah terjadi sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan ada kasus korona di Indonesia. Dia pun mengaku mendapatkan stok jahe harus berebut dengan pembeli lain di Pasar Induk Senen. “Ya gampang-gampang susah. Kalau nggak ditungguin ya kehabisan, karena di sana berebut. Ada sih ada, cuma berebut. Yang ketinggalan ya kehabisan,” kata Yadi. Melonjaknya harga jahe dipengaruhi karena harga yang diberikan oleh Pasar Induk Senen pum sudah tinggi. Terkadang harga dasarnya Rp 80 ribu, dan seketika bisa melonjak hingga Rp 100 ribu. “Makin malem makin mahal, karena stoknya nggak ada,” jelas Yadi. Sementara itu, untuk komoditas lain tidak mengalami kenaikan harga. Melonjaknya nilai jual hanya terjadi untuk bahan-bahan yang diyakini bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Kondisi ini pun memberatkan para pembeli. Pasalnya jahe sangat dibutuhkan untuk sehari-hari. Selain dijadikan minuman, juga untuk bumbu masakan. “Kita mah terima aja, mau gimana lagi, kita perlu,” ucap salah seorang pembeli, Yanti. Dia pun berharap kondisi ini bisa segera normal. Sehingga harga-harga kembali pulih. Tidak ada lonjakan drastis seperti sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: