Entaskan Kawasan Kumuh, IUWASH PLUS Gandeng ME

Entaskan Kawasan Kumuh, IUWASH PLUS Gandeng ME

MAGELANG TENGAH - Belasan relawan pengentasan kawasan kumuh se-Kota Magelang terlihat asyik memerhatikan materi jurnalistik yang diadakan Urban Water Sanitation And Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua (IUWASH PLUS) bekerja sama dengan Harian Umum Magelang Ekspres, di Hotel Puri Asri, Rabu (14/8). Mereka merupakan pemerhati lingkungan dari 17 kelurahan, elemen masyarakat, dan organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Magelang. Sesekali, mereka mencatat materi yang disampaikan oleh Joko Suroso, Pemimpin Redaksi Harian Magelang Ekspres. Para peserta itu mengikuti kegiatan belajar bareng, dengan materi jurnalistik dasar dan pengisian konten media sosial (medsos). Materi yang diajarkan, mulai dari arti berita, unsur, struktur, jenis hingga penulisan berita, hingga teknik fotografi jurnalistik lengkap dengan keterangan foto. Behavior Change Marketing IUWASH PLUS Jawa Tengah, Edy Triyanto mengatakan, para relawan dibekali dengan teknik jurnalisme warga agar memahami pengisian konten media massa. Dia berharap, lewat lokalatihan ini mampu mengubah segmentasi ke arah positif dalam menggunakan media sosial. ”Kami ingin warga dan para relawan terlibat dalam pengentasan kawasan kumuh. Selama ini, kawasan kumuh tidak menjadi isu sentral baik di media massa maupun media sosial. Untuk itu, dengan gerakan para relawan kami harap nantinya bisa menumbukan kesadaran untuk sama-sama mengampanyekan pengentasan kawasan kumuh,” katanya. Menurutnya, selama ini media massa hanya diperuntukan warga untuk eksis. Padahal, fungsi dari media sosial bisa dijadikan lumbung informasi dan kampanye gerakan positif, termasuk menjaga lingkungan.”Kami sengaja menggandeng Magelang Ekspres, untuk memberikan pelatihan kepada relawan, supaya konten-konten yang ditampilkan mereka sesuai dengan kaidah jurnalistik,” paparnya. Ia berharap lewat keterlibatan media massa, akan mendapatkan pencerahan jika isu air bersih dan sanitasi dijadikan arus utama. Hal ini juga sebagai strategi mewujudkan target 100-0-100 yang mulai dikenalkan Kementerian PUPR dan ditarget tercapai pada akhir tahun nanti. ”Hasilnya selain meraih target 100 persen akses air minum, 0 persen kawasan permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak, juga muncul kesadaran masyarakat untuk memperhatikan masalah sanitasi dan air bersih,” jelasnya. IUWASH PLUS sendiri, lanjutnya, sudah menggandeng Pemkot Magelang dalam hal pengentasan masalah sanitasi buruk. Kerja sama sudah berjalan hingga tiga tahun ini. ”Kita punya leading sektor yakni Bappeda, Disperkim, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, PDAM, dan lain sebagainya. Hal ini supaya pemerintah turut memberikan target bahwa layanan air minum dan sanitasi haruslah yang sebaik-baiknya,” tandasnya. Joko menuturkan bahwa penyebab merebaknya berita bohong sekarang ini salah satu faktornya karena kemudahan masyarakat mengakses media sosial. Hal ini berdampak bagi siapa saya yang tidak melek ilmu jurnalistik, memproduksi sebuah berita secara subjektif. ”Biasanya orang yang tidak paham dunia jurnalistik akan memproduksi sebuah berita tanpa pertimbangan dan batasan sesuai etika. Padahal, sebagai seorang jurnalis wajib hukumnya takluk terhadap undang-undang dan kode etik jurnalistik,” ungkapnya. Kondisi akan diperparah jika informasi itu diterima oleh masyarakat yang kurang paham di bidang kejurnalistikan. Informasi tersebut dimungkinan menjadi sebuah provokasi yang ujungnya dapat memicu konflik horisontal. ”Bahayanya kalau banyak pengguna akun media sosial berlomba-lomba saling ”share” berita yang tidak jelas itu. Dalam waktu satu jam saja dibaca jutaan orang, yang sebagian besarnya termakan informasi palsu di dalamnya,” paparnya. Untuk itu, lanjutnya, wartawan warga (citizen jurnalism) diminta untuk tetap berpikir kritis, skeptis, namun tetap berpijak pada kepentingan publik, dan penuh tanggung jawab. Kode etik jurnalistik dan aturan dalam undang-undang, kata dia, wajib dijadikan pegangan dalam menciptakan sebuah karya jurnalistik. Pemateri lainnya, Wiwid Arif, wartawan Magelang Ekspres juga mengutarakan hal yang sama bahwa keberadaan pers sekarang ini banyak tercoreng akibat banyaknya informasi yang keluar batas dari koridor kode etik jurnalistik. Pelanggaran etika itu acap ditemui di grup-grup media sosial. ”Eranya sudah berbeda. Kita dengan mudah dapat mengakses jejaring sosial yang di situ dijelaskan foto, ilustrasi, dan keterangan singkat, maupun sebuah link yang kontennya mirip sebuah berita dalam surat kabar. Tetapi sebagai orang yang melek jurnalistik, utamanya warga harus mampu menimbang-nimbang dan punya filter dalam mencernanya,” katanya. Pengguna medsos, menurut dia, bisa menjadi garda terdepan untuk membendung maraknya berita yang sarat terhadap pelanggaran kode etik. Jika menemukan sebuah kesalahan, maka warga bisa langsung meluruskannya. ”Kita boleh mengkritik asalkan dengan pilihan kata yang santun, tidak menghujat apalagi menghina. Sekarang sudah banyak sekali informasi atau foto-foto yang sebenarnya dilarang dalam kode etik jurnalistik seperti korban bencana, korban kekerasan, anak di bawah umur, kasus pelanggaran susila, dan lainnya yang dengan mudah kita jumpai di grup-grup media sosial. Ini yang mestinya dihindari,” pungkasnya. (wid)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: