Investasi Sektor Properti Diprediksi Tumbuh 30 Persen

Investasi Sektor Properti Diprediksi Tumbuh 30 Persen

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Investasi di sektor properti tahun ini diperkirakan tumbuh signifikan dibandingkan realisasi tahun 2019. Ini karena telah melewati tahun politik dan juga bakal diterbitkannya kemudahan berusaha yakni, UU Omnibus Law. Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) bidang Hubungan Luar Negeri, Rusmin Lawin. Dia menyebutkan, tahun politik 2019 telah berlalu sehingga dia menyakini 2020 sektor properti akan menggeliat signifikan. \"Kita sudah melewati tahun politik, investor sudah mulai percaya diri dengan kondisi pasar kita. Apalagi adanya rencana pemindahan ibu kota tentu ini menjadi sangat menarik bagi investor setelah 20 tahun belum ada lagi proyek ibu kota di Asia,\" ujar dia. Menurutnya, Indonesia menjadi salah satu negara yang menarik untuk melakukan investasi. Oleh karena itu, REI akan menjemput bola ke sejumlah neagra untuk mempromosikan dan mengajak pihak luar untuk berinvestasi di Tanah Air. Dengan melihat kegairahan di sektor properti itu, dia memprediksi investasi asing yang masuk ke Indonesia berkisar 20-30 persen dibangdingkan tahun 2019. Melansir data realisasi investasi kuartal IV/2019 oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), bahwa sepanjang 2019 mencapai USD2,88 miliar dengan jumlah 1.313 proyek. Realisasi tersebut menurun jika dibandingkan angka pada 2018 yang nilainya tercatat mencapai USD4,30 miliar untuk 941 proyek. Kondisi demikian, menurut Rusmin, tahun 2019 investor masih mempelajari potensi pasar properti di Indoenesia. Artinya, bila potensi pasar bagus, maka para investor asing bakal menambah portofolio investasinya di Indonesia. Adapun tahun ini, yang memiliki minat cukup tinggi untuk berinvestasi properti di Indonesia adalah dari Jepang, Korea, dan Eropa. \"Kalau tahap awal sukses mereka pasti akan jor-joran berinvestasi, jadi ini sebetulnya sinyal yang baik untuk kita,\" ucap dia. Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, pasar properti akan lebih baik lantaran pada kuartal III/2019 mencatatkan pertumbuhan. “Tahun 2020, backlog properti atau short supply perumahan diperkirakan mencapai 15 juta unit. Ini yang menjadi perhatian pemerintah untuk mendorong sektor properti,” ujar dia. Peneliti dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Dianhadi Setyonaluri menilai ada empat faktor utama yang menjadi pertimbangan utama dalam membeli properti teruatama rumah hunia. \"Kecenderungan membeli rumah setelah kelahiran anak pertama, dekat dengan transportasi publik, akses ke pengasuh anak, akses ke aminities lainnya seperti rumah sait, taman bermain, pasar dan mal,\" ujar dia. Menggeliatnya sektor properti di sepanjang 2020 lantaran adanya dua kebijakan yang diterbitkan pemerintah, yaitu kebijakan peurunan suka bungan acuan dan rendahnya rasio Loan To Value (LTV). Pada semester II/2019, Bank Indonesia (BI) sangat gencar menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate hingga 100 basis poin (bps). Suku Bunga Acuan pun kini tercatat berada pada level 5 persen. Selain itu pemerintah pun memberikan kelonggaran LTV bagi pembeli rumah pertama dan memotong pajak barang mewah di atas Rp30 miliar. Hasil riset Tim Analis Sinarmas Sekuritas menyimpulkan bahwa kebijakan tersebut dapat mendorong pertumbuhan penjualan marketing di sektor properti bagi pengembang besar. Utamanya bagi pengembang yang menyasar langsung pembeli akhir.(din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: