Konsep Buku Pelajaran Bakal Diubah

Konsep Buku Pelajaran Bakal Diubah

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Penilaian dari Programme for International Student Assessment (PISA), skor kemampuan membaca para siswa di Indonesia saat ini lebih rendah dibanding kemampuan matematika dan sains. Pernyataan itu disampaikan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas dengan tema \"Strategi Peningkatan Peringkat Indonesia dalam Programme for International Student Assessment (PISA)\" melalui \"video conference\" bersama Wakil Presiden Ma\\\'ruf Amin serta para menteri Kabinet Indonesia Maju. \"Laporan yang saya terima skor rata-rata PISA tahun 2018 menurun di kompetensi, dengan penurunan terbesar di bidang membaca,\" kata Presiden Jokowi, Jumat (3/4) Berdasarkan data PISA, Kemampuan membaca siswa Indonesia dengan skor 371 berada di posisi 74, kemampuan matematika skornya 379 di posisi 73 dan kemampuan sains di dengan skor 396 di posisi 71. Menurut temuan survei PISA, ada tiga permasalahan utama yang harus diatasi pertama adalah besarnya presentasi siswa berprestasi rendah. \"Meski kita tahu Indonesia berhasil meningkatkan akses anak usia 15 tahun terhadap sistem sekolah, tapi masih diperlukan upaya lebih besar agar target anak berprestari rendah berada di kisaran 15-20 persen di 2030,\" katanya. Masalah kedua adalah, tingginya presentasi siswa mengulang kelas yaitu 16 persen serta masalah ketiga adalah tingginya ketidakhadiran siswa di kelas. \"Dengan dibatalkannya Ujian Nasional 2020, saya lihat ini momentum untuk merumuskan ulang sistem evaluasi, standar dasar pendidikan dasar dan menengah secara nasional, apakah dalam pengendalian mutu pendidikan secara nasional hanya menggunakan UN atau bisa menggunakan standar yang dipakai secara internasional seperti PISA,\" tuturnya. Selain itu, persoalan lainnya yang dapat ditemui dalam survei tersebut ialah mengenai tingginya persentase siswa untuk mengulang kelas, yakni sebesar 16 persen yang 5 persen lebih tinggi dibanding rata-rata di negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), dan tingginya tingkat ketidakhadiran siswa di kelas. \"Karena itu, mengacu pada hasil survei PISA, diperlukan langkah-langkah perbaikan yang menyeluruh baik aspek peraturan, regulasi, masalah anggaran, masalah infrastruktur, masalah manajemen sekolah, maupun masalah kualitas dan beban administratif guru,\" terangnya. Jokowi juga menyinggung soal besarnya beban administratif yang mesti diemban oleh guru-guru. Padahal, semestinya kerja para guru lebih terfokus pada kegiatan belajar-mengajar untuk mengetahui potensi dan mengembangkan kemampuan para siswa peserta didiknya. \"Jadi guru tidak fokus pada kegiatan belajar-mengajar tetapi lebih banyak dipakai untuk hal-hal yang berkaitan dengan administrasi. Ini tolong digarisbawahi,\" tegasnya. Jokowi menjelaskan, bahwa Indonesia sendiri telah ikut dalam survei PISA dalam tujuh putaran sejak tahun 2000 sampai 2018 dan survei PISA menunjukkan sistem pendidikan Indonesia sudah berubah menjadi inklusif, terbuka dan meluas aksesnya dalam 18 tahun terakhir. \"Perbaikan proses belajar terutama dalam menggunakan teknologi komunikasi dan informasi serta perbaikan lingkungan belajar siswa termasuk motivasi belajar dengan menekan tindakan perundungan di sekolah dapat dilakukan,\" ujarnya. Menaggapi hal tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim melalui video conference menyatakan, berencana mengubah isi buku pelajaran bagi pelajar. Pengubahan ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan membaca para siswa di Indonesia. \"Untuk meningkatkan literasi harus mengubah paradigma. Sebab, buku-buku yang digunakan di sekolah selama ini hanya fokus ke buku-buku paket pembelajaran dan kurikulum. Tapi yang lebih penting lagi, bagaimana agar mereka mencintai membaca,\" katanya. \"Jadi konten-konten harus fokus pada hal yang menyenangkan untuk siswa. Perubahan terpenting, kalau anak mencintai membaca, mereka akan tertarik karena konten menarik. Dari situ proses literasi akan terjadi,\" sambungnya. Nadiem menjelaskan, bahwa selama ini pelajaran Bahasa Indonesia juga terbagi menjadi tiga fokus, yaitu literasi, gramatika dan kosa kata. Sedangkan ke depannya ia ingin agar benar-benar fokus ke literasi. \"Bagaimana konten pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan buku-buku yang menyenangkan, menarik, relevan untuk jenjang masing-masing siswa kita,\" ujarnya. Untuk itu, kat Nadiem, terkait penilaian kompetensi pembelajaran dari masing-masing daerah juga akan diubah. Perubahan ini khususnya mengenai ujian yang menggantikan Ujian Nasional (UN). Namun, meski ujian tersebut merata di setiap daerah, yang membedakan adalah perlakukan setelah proses \"assesment\" tersebut. \"Akan ada beberapa perbedaan dengan UN. Pertama \\\'assesment\\\' di masing-masing sekolah dan tidak semua siswa akan diuji, tapi \\\'sampling\\\' dari setiap sekolah di tingkat SD, SMP, SMA dengan standar yang sama di semua daerah, yang berbeda sesuai kebutuhan masing-masing daerah\" tuturnya. Selain perubahan jenis ujian akhir dan perlakuan setelah ujian akhir tersebut, Nadiem juga akan melakukan penyederhanaan kurikulum di semua jenjang. Kurikulum nantinya diharapkan lebih mudah dipahami guru dan siswa. \"Silabus kurikulum sekolah saat ini terlalu rumit. Kami bakal menyederhanakan kurikulum agar bisa mengejar standar internasional Programme for International Student Assesment (PISA),\" katanya. \"Kurikulum harus lebih fleksibel dan sederhana. Orientasi kompetensi dan dibantu juga dengan platform online yang membantu segmentasi pembelajaran,\" imbuhnya. Perbaiki Kualitas Guru Untuk melakukan perubahan standar nasional pendidikan Indonesia yang akan mengacu pada Programme for International Student Assesment (PISA), Kemendikbud bakal membuka program pendidikan guru di institusi internasional. \"Kebijakan ini guna meningkatkan kualitas profesi guru di berbagai institusi lokal dan internasional,\" kata Nadiem. Menurut Nadiem, ketika kualitas guru meningkat maka secara otomatis siswa akan mampu melewati asesmen kompetensi dan survei karakter dengan baik. Harapannya, kualitas siswa meningkat sesuai dengan standar PISA. \"Bukan hanya kemampuan kognitif saja yang bisa terbentuk. Tapi juga pemetaan norma, kesehatan mental, moral pada anak di sekolah,\" ujarnya. Nadiem juga berharap, optimalisasi guru penggerak juga bisa memengaruhi kualitas pendidikan. Menurutnya, guru penggerak akan masuk pembenahan administrasi sekolah yang selama ini terkesan membuat guru tidak maksimal dalam mengajar. \"Nantinya guru penggerak terjun ke sekolah untuk membentuk kepemimpinan guru yang mampu meminimalisasi beban adminsitratif, sehingga guru bisa fokus,\" pungkasnya. PISA merupakan sistem ujian yang diinisasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia. Setiap tiga tahun, siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak, untuk mengikuti tes dari tiga kompetensi dasar yaitu membaca, matematika dan sains. PISA juga mengukur apa yang diketahui siswa dan apa yang dapat dia lakukan (aplikasi) dengan pengetahuannya. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: