UMKM Daring Masih Bertahan di Tengah Pandemi, Dana Pemulihan Ekonomi Nasional Terserap 29,82 Persen

UMKM Daring Masih Bertahan di Tengah Pandemi, Dana Pemulihan Ekonomi Nasional Terserap 29,82 Persen

MAGELANGEKSPRES.COM, MAGELANG - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyebutkan anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) per Kamis (6/8) sudah terserap 29,82 persen dari total dana sebesar Rp124 triliun yang disediakan APBN. \"Untuk UMKM sudah terserap 29,82 persen sedangkan koperasi sudah 44 persen. Rata-rata UMKM yang mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19 adalah usaha berbentuk daring (online),\" kata Teten saat diwawancarai usai membuka pelatihan kewirausahaan dari Kementerian Koperasi dan UKM di Hotel Atria, Kota Magelang, Kamis (6/8). Ia menjelaskan, penyerapan akan terus dikebut untuk mewujudkan PEN sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo. Terlebih ia menilai jika dampak pandemi bagi pelaku UMKM sangat besar. \"Sektor tekstil dan konfeksi terdampak hingga mengalami penurunan produksi hampir 70-80 persen saat pandemi. Termasuk juga usaha mikro dan ultramikro yang sifatnya harian. Sedangkan untuk sektor pertanian justru tumbuh mencapai 16 persen,\" ujarnya. Baca Juga Sasar Titik Rawan Kejahatan Ia tak menampik bahwa UMKM yang masih dapat bertahan dan berkembang saat ini adalah mereka yang mampu memanfaatkan platform digital marketing. Dengan demikian, strategi penjualan mereka kini sudah berbasis online, tak melulu mengandalkan lapak jualan secara tatap muka. \"UMKM yang mampu bertahan seakrang saya kira adalah UMKM yang terhubung dengan marketplace digital. Karena itu digitalisasi UMKM kita harus percepat. Bukan hanya masa pandemi Covid-19 saja, tren pasar ke depan lebih ke belanja  online. Terlebih lagi, 97 persen wilayah Indonesia sudah bisa diakses internet,\" ucapnya. Teten menyebut lagi, UMKM lain yang mampu bertahan sekarang adalah pelaku usaha yang berani beradaptasi dan berinovasi dengan hasil produksinya. Ia mencontohkan, perajin batik yang di awal tidak bisa menjual karena tidak ada permintaan, kemudian setelah melakukan inovasi bisa terjual. \"Kuncinya adalah adaptasi dan inovasi. Awalnya pengusaha kecil batik tidak laku, tapi begitu banting setir, memproduksi pakaian rumah, daster, celana pendek, pakaian olahraga, sarung, jadi meningkat. Sama juga dengan sektor makanan minuman. Kita misalnya banyak restoran tutup, kemudian mereka membuat produk setengah jadi, siap saji, itu laku luar biasa. Nah, artinya apa, inovasi produk dan adaptasi dengan situasi baru,\" sebutnya. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: