Petani Ikan di Tidar Utara Rugi Jutaan Akibat Sungai Gandekan Tercemar

Petani Ikan di Tidar Utara Rugi Jutaan Akibat Sungai Gandekan Tercemar

TERSENYUM. Seorang pembudidaya ikan, asal Tidar Utara, Sarju tetap tersenyum meski gagal panen ikan dan rugi lebih dari Rp6 juta, akibat pencemaran Kali Gandekan.(foto : wiwid arif/magelang ekspres)--Magelangekspres.com

Dampak tercemarnya Sungai Gandekan, kawasan Tidar Utara dan Tidar Selatan, Magelang Selatan, Kota Magelang membuat para petani ikan hanya bisa pasrah melihat ribuan ekor ikan siap panen tiba-tiba mengambang. Kasus pencemaran lingkungan yang merugikan banyak orang itu saat ini masih diselidiki Polres Magelang Kota bersama Pemkot Magelang.

WIWID ARIF, Magelang

SEORANG pria terlihat terduduk sembari menatapi ribuan ikan jenis lele yang sudah dikumpulkan dari kolam ikannya. Ikan-ikan itu mati pagi hari, Jumat (15/7). Mulai dari bibit ikan nila yang  baru ia tebarkan awal bulan lalu, sampai dengan ikan lele yang sudah siap panen minggu depan. Namun, bayangan akan mendapatkan uang jutaan itupun sirna sudah.

Tatapan seorang pria, Sarju (72), pembudidaya ikan asal RT 02 RW 09 Tidar Krajan, Tidar Utara hanya bisa pasrah. Padahal, ia baru saja sepakat dengan pembeli. Ribuan ikan lelenya akan dipanen minggu depan.

Banyak jenis ikan yang dibudidaya di kolam seluas 25 meter persegi miliknya. Ada lele dan nila.

“Nila baru saja ditampung minggu lalu. Masih kecil-kecil. Kalau lele, sudah mau panen. Bahkan sudah ada pembelinya,” kata Sarju, kepada wartawan saat ditemui di kolam ikannya, Jumat (15/7).

Ia tidak menyadari sama sekali, jika kabar tercemarnya Sungai Gandekan bakal menggagalkan panen ikannya. Sebab, jarak antara Sungai Gandekan dengan teknis irigasi yang ada di samping kolam cukup jauh. Ia bahkan tidak melihat busa begitu banyak sehari sebelumnya.

”Busa yang ada di selokan ini tidak terlalu kelihatan. Karena aliran air ini hanya nyambung dari Kali Gandekan. Kemarin (Kamis, 14 Juli) juga ikannya belum ada yang mati,” akunya.

Disadari keesokan paginya, ikan-ikan miliknya mati mendadak. Semuanya mengambang. Ada yang sudah tidak bergerak, ada yang masih kejang-kejang.

“Saya langsung panik, lalu saya matikan aliran air yang menuju kolam. Tapi semuanya sudah terlambat. Ikan sudah terlanjur terkontaminasi cairan kimia berbahaya,” katanya.

Sarju mengaku kalau aliran air menuju kolamnya itu juga tersambung dengan Kali Gandekan. Meski disesali, tapi ibarat nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terlanjur.

”Padahal sudah deal dengan pembeli, ikan lele saya laku Rp6 juta. Sekarang harapan itu tidak ada lagi. Saya cuma bisa pasrah,” ungkapnya.

Tidak hanya kolam ikan milik Sarju. Di samping kanan kiri kolamnya, ada milik kelompok tani warga Tidar Krajan, bernama “Patil Landep”. “Kalau yang itu punya kelompok tani. Sama juga. Mati semua ikannya,” tutur Sarju.

Meski kerugiannya mencapai Rp6 juta, Sarju mengaku hanya melaporkan kerugiannya Rp3,5 juta saja kepada perangkat kelurahan setempat. Dia menilai kejadian ini adalah murni kecelakaan sehingga tidak perlu menyalahkan siapapun.

Ketua RW 07, Tidar Krajan, Towil (66) menyebut, sekitar 10.000 ikan budidaya mati mendadak akibat tercemarnya Sungai Gandekan di kawasan. Jika ditotal, kerugian satu RW saja bisa mencapai belasan juta.

”Saya diminta mendata, siapa saja warga pembudidaya ikan, baik yang pribadi maupun kelompok terdampak pencemaran sungai. Data ini nantinya akan kita laporkan,” ungkapnya.

Sarju hanya satu dari sekian pembudidaya ikan di wilayah Tidar Utara dan Tidar Selatan. Dua kelurahan itu, menanggung akibat tercemarnya Sungai Gandekan, Kamis (14/7). Selain membuat ikan budidaya dan kolam pemancingan warga mati mendadak, pencemaran sungai juga membunuh sebagian organisme liar di sepanjang aliran.

Kini, warga bisa dengan mudah menemukan ratusan belut, ikan-ikan liar yang berukuran besar di pinggir sungai. Sebagian besar organisme mati usai Kali Gandekan tercemar air sabun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com