Gunung Prau Makan Korban, TL Mengaku Kecolongan

Gunung Prau Makan Korban, TL Mengaku Kecolongan

Loket basecamp pendakian Gunung Prau via Patak Banteng.-ISTIMEWA-MAGELANG EKSPRES

WONOSOBO,MAGELANGEKSPRES - Baru-baru ini, pendaki asal Surabaya dikabarkan meninggal saat mendaki di Gunung Prau via Patak Banteng Wonosobo. Salah satu tour leader (TL) yang bertugas saat itu mengaku dirinya telah kecolongan, hingga tak dapat menyelamatkan nyawa korban.

"Bisa dibilang kita ini kecolongan dalam kejadian itu," kata TL Gunung Prau, Mujib Syafi'i kepada Wonosobo Ekspres, pada Kamis (4/1) melalui sambungan telepon.

Untuk diketahui sebelumnya, pendaki bernama Frisky Ramadhani MY (28) bersama dua temannya sedang mendaki Gunung Prau lewat jalur Patak Banteng Wonosobo, pada Minggu (31/12) lalu.

BACA JUGA:Pendaki Asal Surabaya Meninggal di Gunung Prau Wonosobo, Begini Kronologinya

Mereka mulai tracking sekira pukul, 13.00 WIB. Dalam perjalanannya, Frisky dkk tanjaki medan terjal selama 45 menitan untuk sampai di pos pertama. Sesampainya di sana, korban sempat alami sesak nafas.

Mereka pun berhenti sejenak, dan korban meneguk wedang teh madu untuk melepaskan lelahnya. Setelah merasa fit, perjalanan kembali dilanjutkan. 5 menit kemudian, pria asal Kecamatan Lakarsantri, Kota Surabaya itu tetiba muntah.

Terpaksa, teman-temannya meminta korban untuk beristirahat lagi di suatu warung sekitar. Di tempat itu, Frisky menghangatkan tubuhnya dengan minuman yang sama. Tak kunjung membaik, ia justru terus muntah dan tubuhnya lemas.

Frisky pun tertidur hingga pukul 22.00 WIB. Mereka bertiga sempat makan malam dan saling kerokan, karena dianggap, sakit yang dialami korban hanyalah masuk angin biasa.

BACA JUGA:Gagal Survive di Gunung Prau, FKPI: Almarhum Pendaki Senior

Sayangnya, upaya yang dilakukan karib korban justru tak berujung baik. Mereka berdua hanya merawat Frisky dengan menemaninya, memberikan wedang teh madu, dan sesekali mengerok badan korban.

Mujib Syafi'i, atau yang biasa disapa Kang Pi'i itu menilai, teman-teman korban tak sigap melaporkan kondisi kesehatan Frisky sejak hari itu juga, sampai ia dinyatakan meninggal dunia pada Senin (1/1) dini hari.

"Coba kalau gejala awal sudah dilaporkan ke petugas, pasti akan ada penanganan profesional. Mereka memilih istirahat sendiri dari siang sampai kelewat malam, bahkan berganti hari loh. Dan itu lama sekali, seharusnya langsung saja laporan," jelas Kang Pi'i.

Meskipun sebenarnya korban sudah sempat mendapatkan pertolongan pada Senin (1/1), sekira pukul 2 dini hari, tapi ia merasa bahwa pihaknya telah kecolongan atas insiden yang dialami oleh Frisky.

BACA JUGA:10 Buronan Kasus Narkoba di Wonosobo Belum Tertangkap

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres