Dua Shalat Sunnah Ini Tak Pernah Ditinggalkan Rasulullah Walaupun Sedang Safar, Apa Keutamaannya?
Dua Shalat Sunnah Ini Tak Pernah Ditinggalkan Rasulullah Walaupun Sedang Safar, Apa Keutamaannya?--
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu diam antara adzannya muadzin hingga shalat Shubuh. Sebelum shalat Shubuh dimulai, beliau dahului dengan dua raka’at ringan.” (HR. Bukhari no. 618 dan Muslim no. 723).
BACA JUGA:Shalat Sunnah Wudhu, Amalan Ringan Pahalanya Besar
Dalam lafazh lain juga menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat Sunnah Fajar dengan raka’at yang ringan. Dari Ibnu ‘Umar, dari Hafshoh, ia mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا طَلَعَ الْفَجْرُ لاَ يُصَلِّى إِلاَّ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ
“Ketika terbit fajar Shubuh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah shalat kecuali dengan dua raka’at yang ringan” (HR. Muslim no. 723).
Shalat Witir
Shalat witir adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari yakni setelah shalat Isya' hingga menjelang Fajar. Jumlah rakaat shalat witir adalah ganjil ( 1,3,5,7,9...).
Hukum shalat witir adalah sunnah muakkad (sangat dianjurkan). Oleh karenanya sudah sepatutnya setiap muslim menjaga shalat witir ini.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat witir ketika safar dan ketika mukim (tidak bersafar).”Ketika itu beliau shalat di atas tunggangannya mengikuti arah tunggangannya tersebut. Beliau berwitir di atas tunggangannya tersebut, sedangkan untuk shalat wajib beliau tidak shalat di atas tunggangannya. (Abul ‘Abbas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Majmu’ Al Fatawa, 23/89)
Bagi orang yang kadang-kadang saja mengerjakannya (suatu hari mengerjakannya dan di hari lain meninggalkannya), ia tidak berdosa.
Akan tetapi, orang seperti ini perlu dinasehati agar ia selalu menjaga shalat witir.
Jika suatu saat ia luput mengerjakannya maka hendaklah ia menggantinya di siang hari dengan jumlah raka’at yang genap. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika luput dari shalat witir, beliau selalu mengqadha di siang hari dengan jumlah rakaat genap.
Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan, “Jika beliau ketiduran atau sedang sakit sehingga tidak dapat melakukannya di malam hari, maka beliau shalat di waktu siangnya sebanyak dua belas rakaat” (HR. Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam biasanya melaksanakan shalat malam sebanyak sebelas raka’at. Beliau salam setiap kali dua raka’at, lalu beliau berwitir dengan satu raka’at. Jika luput dari shalat malam karena tidur atau sakit, maka beliau mengganti shalat malam tersebut di siang harinya dengan mengerjakan dua belas raka’at.
Inilah maksud dari ucapan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tadi. Oleh karena itu, jika seorang mukmin punya kebiasaan shalat di malam hari sebanyak lima raka’at, lalu ia ketiduran atau luput dari mengerjakannya, hendaklah ia ganti shalat tersebut di siang harinya dengan mengerjakan shalat enam raka’at, ia kerjakan dengan salam setiap dua raka’at.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: