Sifat Tercela yang Dibenci Allah, Apa Beda Pamer, Riya', Ujub dan Sombong?

Sifat Tercela yang Dibenci Allah, Apa Beda Pamer, Riya', Ujub dan Sombong?

Sifat Tercela yang Dibenci Allah, Apa Beda Pamer, Riya', Ujub dan Sombong? --

MAGELANG EKSPRES-Orang yang suka pamer, riya', ujub dan sombong menunjukkan akhlaknya tercela. Dan Allah membenci orang-orang yang mempunyai sifat tercela tersebut.

Lalu apa perbedaan antara pamer, riya’, ujub dan sombong?

Menjawab pertanyaan tersebut, Ustadz Yulian Purnama menjelaskan secara rinci perbedaan antara  pamer, riya’, ujub dan sombong beserta dalil dan pendapat ulama.

Pamer

Pamer dalam istilah syar’i disebut dengan al fakhr. Dalam kamus Al Mu’jam Al Wasith, al fakhr didefinisikan, berbangga dengan hartanya dan kelebihan yang dimiliki kaumnya.

Pamer atau al fakhr itu biasanya dalam perkara duniawi. Seperti memamerkan harta, rumah yang bagus, pakaian yang bagus, mobil yang mewah, pamer makan di restoran mewah, dan semisalnya dalam rangka untuk berbangga. Sifat suka pamer adalah akhlak yang tercela.

Allah Ta’ala berfirman:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ، حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ، كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur, Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)” (QS. At Takatsur 1-3).

BACA JUGA:Basahi Lisanmu dengan Dzikir 4 Kalimat yang Paling Dicintai oleh Allah ini!

Allah Ta’ala juga berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap hamba yang sombong lagi fakhur (suka berbangga)” (QS. Luqman: 18).

Sifat suka pamer juga bertentangan dengan sifat tawadhu’ (rendah hati). Padahal kita diperintahkan untuk tawadhu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang. Allah akan menambahkan kewibawaan seseorang hamba yang pemaaf. Tidaklah seorang hamba itu bersikap tawadhu’ kecuali Allah akan tinggikan ia” (HR. Muslim, no.2588).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: