Cerita Lain Pantarlih di Magelang, Mulai dari Nama Gaib Hingga Dianggap Penagih Utang
COKLIT. Pantarlih di Desa Bandongan Kecamatan Bandongan saat mencoklit salah satu tokoh budayawan Ki Ipang, pada awal Juli 2024 lalu.-DOKUMEN-PPK BANDONGAN
MAGELANG, MAGELANGEKSPRES -- Genap sebulan, Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) di Kabupaten Magelang tuntas melaksanakan tugas pencocokan data dan penelitian (coklit).
Namun ada cerita lain yang menggelitik, bersamaan dengan penerjunan 3.810 Pantarlih dari KPU Kabupaten Magelang sejak 24 Juni lalu itu.
Tak sedikit Pantarlih yang mengalami tantangan lain, karena anggapan masyarakat terhadap mereka yang berbeda-beda. Ada yang menganggap debt collector (DC) atau penagih utang, pemberi bantuan, sampai mencoklit warga gaib.
Pantarlih dalam melakukan tugas di lapangan memang tidaklah mudah. Sebab, ia tak sekadar mencocokan data, tetapi ada hal yang tak pernah disangka sebelumnya.
BACA JUGA:KPU Kabupaten Magelang Terbuka, Jika Ada Warga yang Belum Dicoklit, Silakan Lapor
Pada 24 Juni 2024 lalu, KPU Kabupaten Magelang menerjunkan para serdadu demokrasi itu untuk mencoklit setidaknya 1.004.518 pemilih yang tertera di daftar penduduk potensial pemilih pemilihan (DP4) pada Pilkada 2024.
Dari jumlah itu pula, Pantarlih bertanggung jawab untuk mendata dan mencocokan keseluruhan datanya, sebagai salah satu tahapan menjelang kontestasi politik pilkada serentak.
Namun, di Kabupaten Magelang, para pantarlih tak hanya harus berjibaku dengan kondisi dan psikologi warga yang berbeda.
Topografi ekstrem hingga luas wilayah Kabupaten Magelang di daerah pegunungan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi pantarlih untuk menjawab tantangan tugas tersebut.
BACA JUGA:Cegah Praktik Politik Uang, Panwaslu Kecamatan Bandongan Magelang Rintis Desa APU
Inilah yang dirasakan salah seorang Pantarlih asal Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Nevi Prianti (32). Ibu dua anak itu bercerita, ada banyak kendala dan pengalaman baru yang dihadapi saat menjalani tugas pencoklitan di rumah masyarakat.
“Kalau dukanya itu kan di Desa Kebonagung rumah warga terpisah-pisah. Kadang mereka bekerja di luar kota, sehingga sulit untuk bisa ditemui kalau siang hari,” kata Nevi, Kamis, 25 Juli 2024.
Alhasil, dia terpaksa menunggu hingga petang hari. Namun kendala berikutnya, Nevi bukanlah seorang perempuan pemberani.
BACA JUGA:Coklit Serentak, Petugas Pantarlih Datangi 12 Tokoh Kabupaten Magelang, Salah Satunya Mantan Bupati
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres