Belum Masuk Musim Tanam, Harga Tembakau Cenderung Naik

Belum Masuk Musim Tanam, Harga Tembakau Cenderung Naik

TEMBAKAU. Poktan pasang stand acara Mini Expo Tembakau di halaman BPP Kertomartani Kertek, Kabupaten Wonosobo, Rabu (17/1) kemarin.-MOHAMMAD MUKAROM-MAGELANG EKSPRES

"Tembakau lembutan ini kan jenis komoditas baru. Tapi sudah banyak jenis yang dihasilkan petani. Kalau saya punya lahan setengah hektar untuk tembakau lembutan jenis meloko, ini kualitas terbaiknya harga bisa sampai Rp 300 ribu per kg," tambahnya.

Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura, Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (Dispaperkan) Wonosobo, Sumanto menilai, belum masuknya masa tanam bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan harga tembakau.

"Kalau masa tanam itu sebenarnya tidak banyak pengaruh, justru yang pengaruh itu segmen pasar anak muda atau petani yang berusia relatif muda itu kan beralih ke tembakau ringan atau rokok putihan lebih ringan. Jadi itu juga salah satu sebabnya," kata Sumanto ketika dihubungi, Kamis (18/1).

Sejauh ini, petani tembakau lembutan di Wonosobo masih terpaku pada kerjasama dengan pabrik-pabrik rokok dalam penjualannya.

BACA JUGA:Harga Tembakau Temanggung Ditaksir 70 - 80 Ribu

Petani belum memanfaatkan hasil produksinya untuk diolah menjadi rokok skala rumah tangga.

Kata Sumanto, padahal peralihan petani yang semula notabene menghasilkan tembakau garangan menjadi petani penghasil tembakau lembutan, prinsipnya yaitu untuk menambah penghasilan petani itu sendiri.

"Hasil produksi tembakau ini masih difokuskan untuk rokok pabrikan. Padahal, kalau tembakau bisa dikelola sendiri jadi rokok putihan misalnya, itu penghasilannya saya kira lebih menjanjikan," ucapnya.

Kondisi tersebut lah yang membuat petani tak kunjung mendapatkan untung karena hanya sebagai penyedia stok, tak sebagai pelaku usaha rokok. Sehingga wajar jika rokok yang dibeli masyarakat dari pabrik relatif lebih murah ketimbang beli tembakau basah dari petani ataupun pedagang tembakaunya langsung.

"Untuk harga tembakau lembutan itu lebih mahal jika dibandingkan harga jual di pabrikan. Cuman pangsa pasarnya belum merambah ke konsumen tertentu," ujarnya.

BACA JUGA:Pemkab Wonosobo Sasar 95.430 Anak untuk Cegah Polio

"Lembutan harganya saya tidak tahu persis. Ada yang per kg Rp 150 ribu bahkan lebih. 2 ons ada yang Rp 40 ribu. Itu kan luar biasa harganya ketimbang yang di pabrikan," katanya lagi.

Tak hanya karena petani berbondong-bondong beralih ke tembakau lembutan saja, Sumanto mengungkapkan, harga tembakau mahal karena hampir sebagian besar petani mengalami keterbatasan ekonomi. Ia mengaku mendengar keluhan petani, yang harus pinjam modal ke calon pembelinya terlebih dahulu.

"Saya kasihan petani karena keterbatasan modal, petani tidak bisa melepas tembakau lebih mahal. Jadi mulai proses tanam, panen, sampai mengolah tembakau itu petani ada yang pinjam modal ke calon pembeli. Nah ini yang terjadi," terangnya.

Akan tetapi, persoalan tersebut tak mampu dijawab oleh Sumanto. Ia mengatakan, perihal pemodalan bukanlah ranahnya. Meski begitu, ia tetap menyanggupi akan mendampingi petani yang mau mengolah hasil pertaniannya menjadi olahan rokok skala UKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres