Pesanan Meningkat di Bulan Ramadan, Sarung Goyor Magelang Jadi Pujaan Kalangan Atas Sampai Ekspor ke Arab

Pesanan Meningkat di Bulan Ramadan, Sarung Goyor Magelang Jadi Pujaan Kalangan Atas Sampai Ekspor ke Arab

Rumah Produksi Sarung Goyor Cap Botol Terbang Kota Magelang: Para Pengrajin Dengan Teliti dan Tekun Menenun Benang Menjadi Sarung-Burhan Sugiono-Magelang Ekspres

Dihiasi dengan motifnya yang begitu cantik seperti Kawung, Sidomukti, Prapatan, Kolong satu dan dua, Kotak, maupun Putihan.

"Silakan mencoba, sarungnya sangat nyaman digunakan saat cuaca panas, dan memberikan kehangatan saat cuaca dingin," katanya.

Dalam pantauan, mayoritas pengrajin adalah perempuan dan berusia tidak muda lagi. Ada sekitar 10 orang pekerja inti, kata Sumadiyo, dan sisanya masih dalam proses belajar.

BACA JUGA: Kota Magelang Masuk Babak Penilaian Pembangunan Daerah 2024 Terbaik Nasional

Setiap bulannya, rumah produksi botol terbang mampu menghasilkan sekitar 15 kodi sarung. Setiap kodi terdiri dari 20 sarung yang siap digunakan.

Setelah sarung jadi, ia mengatakan bahwa sarung-sarung tersebut akan dikirim ke dua toko di area Magelang dan satu toko di area Muntilan.

Bahkan, banyak juga yang diekspor ke Arab Saudi, khususnya saat musim Haji yang permintaannya meningkat pesat.

"Kami mengutamakan pengiriman lokal dengan mengirimkan 2-3 kodi sarung secara berkala selama Bulan Ramadan. Sisanya akan diekspor ke Arab Saudi pada bulan-bulan lain,"

Sumadiyo berharap, merek sarung goyor Botol Terbang dapat terus berkembang dan memiliki banyak peminat di seluruh dunia.

BACA JUGA:Dua Pejabat Pemkot Magelang Promosi Jadi Kepala Dinas, Siapa Saja Mereka?

"Kami yakin dan percaya bahwa kami dapat bersaing dengan produk serupa dan semoga sarung-sarung ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Harga satu kain sarung mencapai Rp 500 - 700 ribu," tandasnya.

Sementara itu, saat sedang menenun, Sriyami, salah satu Pengrajin Sarung Goyor mengungkapkan bahwa, sejak kecil ia telah bekerja untuk Botol Terbang.

Sejak tahun 1981, dia bercerita, telah mempelajari seni menenun dan diajarkan langsung oleh orang tuanya.

"Sejak dulu saya sudah sangat tertarik, hingga akhirnya memutuskan untuk belajar dan mengabdikan diri pada seni menenun," ujarnya.

Meskipun telah lama dan berpengalaman dalam menenun, ia hanya mampu menyelesaikan setengah sarung dalam sehari dan harus teliti, tekun, dan sabar dalam pengerjaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres