4 Fakta Shohibul Haul Solo 2023 Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi

2. Menjadi pendakwah di usia muda

Pada usia 7 tahun, ayah Habib Ali bersama tiga anaknya yang lain, yaitu Abdullah, Ahmad, dan Husein, hijrah ke Mekah.

Pada usia 11 tahun, Habib Ali pindah ke Seiwun untuk mendalami ilmu fiqih dan ilmu-ilmu lainnya, sesuai dengan perintah dari Habib Umar bin Hasan bin Abdullah Al Haddad.

Ketika Habib Ali berusia 17 tahun, ayahnya memerintahkan agar ia pergi ke Mekah dan tinggal di sana selama dua tahun.

Setelah itu, Habib Ali kembali ke Seiwun sebagai seorang alim dan pendidik.

Pada usia yang sangat muda, Habib Ali telah mengkhatamkan Al-Qur'an dan menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum usia yang biasanya diperlukan untuk itu.

Karena prestasinya ini, ia diizinkan oleh guru-gurunya untuk memberikan ceramah dan pengajian.

Lalu ia menjadi pusat perhatian dan mendapatkan tempat terhormat di hati setiap orang.

Selain berdakwah secara aktif, Habib Ali juga aktif menyebarluaskan ajaran Islam melalui tulisan.

Selain kitab Maulid Simthud Durar, ia juga menulis karya lainnya dan mendorong murid-murid, pengikut, dan keturunannya untuk menyusun kitab-kitab kumpulan amalan yang berisi wirid, hizib, ratib, dan lain-lain, yang sebagian besar berdasarkan Al-Quran, hadits, dan amalan para ulama terkemuka.

BACA JUGA:Makam Gunung Pring, Saksi Sejarah Penyebaran Islam di Magelang

3. Penulis Maulid Simtuddurror

Habib Ali Habsyi merupakan sosok yang memiliki kecintaan mendalam terhadap Baginda Nabi Muhammad SAW.

Kecintaan Habib Ali kemudian dituangkan dalam tulisan mengenai sejarah nabi, sifat-sifat nabi, ciri fisik nabi, dan berbagai hal lainnya yang terkumpul menjadi satu kitab yang sekarang disebut "Maulid Simtuddurror" yang artinya untaian mutiara.

Maulid Simtuddurror saat ini dibaca hampir di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Sumber: