Keterbatasan Fisik Tak Batasi Kreativitas, Luthfi Jadikan Wirausaha Jalan Berbagi

Keterbatasan Fisik Tak Batasi Kreativitas, Luthfi Jadikan Wirausaha Jalan Berbagi

PERIKSA PERANGKAT AGEN JNE. Luthfi memeriksa perangkat komputer dan printer kasir yang baru dipasang di Agen JNE Dedi Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.-Eko Sutopo-Magelang Ekspres

Tidak lama berbincang, Luthfi lalu memeriksa satu unit komputer dan  komputer kasir di hadapannya. Hasilnya, tidak ada yang bermasalah.

BACA JUGA:Kelompok Disabilitas Purworejo Dilatih Profesional Pasarkan Produk Batik Jumputan

“Alhamdulillah semuanya normal. Saya senang bisa membantu Agen JNE baru yang belum lama buka ini karena selama ini saya juga sering memakai jasa JNE untuk urusan kirim-mengirim barang, cukup klik lewat aplikasi di HP juga bisa,” ujarnya.

Selain LC Computer, Luthfi juga menggerakkan bisnis fotografi dan videografi dengan label Wedding Foto Gembost Photret. Sejak sejak 8 maret 2017, ia juga merintis media online bernama pituruhnews.com dan menjadi pemimpin redaksi hingga sekarang.

Meski semua sudah ditangani karyawan dan tim, Luthfi tak enggan turun ke lapangan.

“LC Computer sudah ada 4 karyawan tetap. Untuk Pituruh News ada beberapa personel, lalu yang fotografi dan videografi juga tim,” sebutnya.

Menurut Lutfhi, tidak mudah membangun bisnisnya. Apalagi di tengah kondisi keterbatasan fisik. Anak pertama dari pasangan Muh Yasir (56) dan Ani Wafiroh (50) lalu membagikan kisah singkat hidupnya.

BACA JUGA:Hari Bhayangkara ke-78,Polresta Magelang Bantu Sembako dan Kursi Roda untuk Warga Kurang Mampu dan Disabilitas

Luthfi lahir pada 2 Mei 1995 dalam keadaan normal. Namun, cobaan mulai dialaminya setelah jatuh dari sepeda saat TK dan mengalami patah tulang.

Dokter memvonisnya mengalami pengeroposan tulang sehingga kakinya tak lagi normal. Keluarga berupaya melakukan pengobatan, tapi pertumbuhan tulang Luthfi terganggu.

Rapuhnya tulang menyebabkan kerap patah ketika jatuh.

“Bahkan, sejak TK sampai tahun 2010 itu saya sudah sekitar 20 kali patah tulang kaki dan tangan,” ujarnya.

Perhatian dari keluarga berperan besar. Luthfi kecil tidak dikucilkan lingkungan, terus dirawat dan tetap disekolahkan di lembaga pendidikan umum hingga tamat MA.

Diakui, ketikdaknormalan fisik memang kerap dipandang berbeda oleh orang lain. Namun, Luthfi mengaku cuek dan menjadikannya angin lalu.

“Kebanyakan orang-orang yang baru ketemu, kalau teman-teman dekat jarang,” kisahnya.
Menjadikan kekurangan sebagai kelebihan, akhirnya dilakoni Luthfi. Pesan ibu saat SD agar ia tidak minder diejawantahkan menjadi sebuah kekuatan. Impian menjadi wirausahawan pun menguat kala ia berkonsultasi dengan seorang guru di MTs-nya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres