44 Biksu Menjalani Prosesi Thudong Menyusuri 2 Candi Besar di Indonesia

44 Biksu Menjalani Prosesi Thudong Menyusuri 2 Candi Besar di Indonesia

THUDONG. Sebanyak 44 Biksu berjalan kaki menuju ke Candi Borobudur,.-Heni Agusningtiyas-Magelang Ekspres

“Kelompok pertama jubah/civara dalam hal ini tekad pertama pamsukulik'anga yaitu melatih diri hanya memakai jubah dari kain bekas pembungkus mayat yang telah dibuang orang di dalam hutan atau kuburan; tekad ke-dua tecivarik'anga yakni bertekad hanya memakai 3 potong pakaian yaitu sabong/sarung, jubah dalam dan jubah luar,” ungkap Y.M. Bhikkhu Kamsai Sumano Mahathera.

“Kelompok ke-dua adalah makanan, di mana terdapat lima tekad yakni tekad pertama pindapatik'anga yaitu hanya makan dari hasil menerima pemberian umat baik itu banyak, sedikit atau bahkan tidak dapat sama sekali; tekad ke-dua sapadanik'anga yaitu melakukan pindapata secara berurutan tanpa pilih – pilih; tekad ke-tiga ekasanik'anga yaitu hanya makan sekali dalam sehari; tekad ke-empat pattapindik'anga yaitu hanya makan menggunakan mangkuk Bhikkhu (bowl/patta); tekad ke-lima khalu-paccha-bhattik'anga yaitu ketika mulai makan maka tidak menerima tambahan makanan apapun,” tambah Y.M. Bhikkhu Kamsai Sumano Mahathera.

BACA JUGA:Ribuan Umat Budha Bakal Ikuti Perayaan Waisak 2024 di Borobudur

“Kelompok ketiga adalah tempat tinggal/sasana, dalam kelompok ini ada lima tekad yang dijalankan Bhikkhu Thudong antara lain tekad pertama aranik'anga yakni tinggal di hutan; tekad ke-dua rukkhamulik'anga yakni tinggal di bawah pohon; tekad ke-tiga abbhokasik'angayakni tinggal di tempat tanpa atap atau di alam terbuka; tekad ke-empat susanik'anga yakni tinggal di kuburan atau tempat kremasi mayat; tekad ke-lima yatha-santhatik'anga yaknitinggal di tempat yang disediakan umat apapun kondisi tempat tinggal yang diberikan,” terang Y.M. Bhikkhu Kamsai Sumano Mahathera.

“Kelompok keempat adalah viriya/semangat dalam kelompok ini Bhikkhu Thudong bersemangat melakukan sesuatu yang sulit, Y.M. Bhikkhu Maha Kassapa di zaman Sang Buddha mengambil praktik Nesajjika yaitu menghindari sikap berbaring bahkan ketika tidur pun harus dalam keadaan tidak berbaring. Inilah tiga belas tekad seorang Bhikkhu Thudong meneladani apa yang dilakukan oleh Y.M. Bhikkhu Maha Kassapa di jaman Sang Buddha dahulu,” tutup Y.M. Bhikkhu Kamsai Sumano Mahathera. (hen)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres